Pendahuluan
Kitab "Ayyuhal Walad" karangan Al-Imam Hujjatul Islam, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali memberikan nasihat yang mendalam tentang hakikat waktu, mengingatkan kita akan pentingnya memahami nilai dan kegunaan setiap detik yang kita miliki. Hadis Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang disebutkan dalam kitab tersebut,
عَلَامَةُ إِعْرَاضِ اللّٰهِ عَنِ الْعَبْدِ اشْتِغَالُهُ بِمَا لَا يَعْنِيْهِ. وَإِنَّ امْرَءًا ذَهَبَتْ سَاعَةٌ مِنْ عُمُرِهِ فِيْ غَيْرِ مَا خُلِقَ لَهُ لَجَدِيْرٌ أَنْ تَطُوْلَ عَلَيْهِ حَسْرَتُهُ. وَمَنْ جَاوَزَ الأَرْبَعِيْنَ وَلَمْ يَغْلِبْ خَيْرُهُ شَرَّهُ فَلْيَتَجَهَّزْ إِلَى النَّارِ
Artinya: "Adalah dikira sebagai tanda berpalingnya Allah taala daripada seseorang hamba apabila ia selalu mengerjakan perkara yang tidak berfaedah. Dan seandainya ada satu saat sahaja daripada umurnya yang telah digunakannya pada barang yang bukan merupakan tujuan hidupnya (yaitu untuk beribadah kepada Allah taala) maka layaklah bahwa akan panjang penyesalannya (pada hari kiamat nanti). Dan siapa yang umurnya lebih daripada empat puluh tahun sedangkan kebaikannya masih belum dapat melebihi kejahatannya maka layaklah ia mempersiapkan dirinya untuk memasuki api neraka."
Menggambarkan betapa Allah Ta'ala menaruh perhatian terhadap bagaimana kita memanfaatkan waktu yang telah diberikan-Nya kepada kita. Bahwa tanda-tanda kesenangan dan keridhaan Allah terletak pada kesungguhan kita dalam menggunakan waktu untuk hal-hal yang benar-benar bermakna, terutama dalam konteks ibadah dan kebaikan. Imam Al-Ghazali juga mengingatkan bahwa setiap detik yang kita lewati dalam kegiatan yang tidak berguna atau tidak sesuai dengan tujuan hidup kita, merupakan satu potongan waktu yang berharga yang telah terbuang sia-sia. Hal ini menandakan kurangnya kesadaran akan nilai waktu dan kurangnya penghargaan terhadap anugerah yang diberikan Allah kepada kita.
Lebih lanjut, hadis tersebut juga menyoroti pentingnya menjaga kualitas hidup kita sepanjang umur. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menyatakan bahwa jika seseorang mencapai usia empat puluh tahun tanpa meningkatkan kebaikan dan masih terjebak dalam perbuatan buruk, maka ia harus mempersiapkan dirinya untuk menghadapi konsekuensi dari perbuatannya di akhirat. Dalam essay ini, akan diuraikan betapa pentingnya menjaga waktu dan mengoptimalkannya untuk meraih kebahagiaan sejati di akhirat. Dengan memahami nilai waktu dan bagaimana cara yang tepat untuk menggunakannya, kita dapat memperoleh keberkahan dalam kehidupan dunia dan akhirat serta meraih ridha Allah Ta'ala.
Pembahasan
1. Waktu adalah Kehidupan
Hadis yang disebutkan di atas menegaskan bahwa waktu adalah sebuah cermin yang mencerminkan esensi dari kehidupan itu sendiri. Setiap detik yang berlalu tidak sekadar berlalu begitu saja, melainkan merupakan kesempatan berharga yang diberikan kepada kita untuk melakukan kebaikan dan beribadah kepada Allah SWT. Dalam konteks ini, setiap momen yang kita alami dalam kehidupan merupakan peluang yang dapat kita manfaatkan untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak memberikan manfaat yang nyata, seperti bermalas-malasan, berfoya-foya, atau terlibat dalam perbuatan yang merugikan, sebenarnya sama artinya dengan menyia-nyiakan esensi dari kehidupan itu sendiri. Tindakan-tindakan semacam itu tidak hanya menghabiskan waktu yang berharga, tetapi juga membuang-buang kesempatan yang telah diberikan oleh Allah SWT untuk berbuat kebaikan dan memperoleh pahala di akhirat.