Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa dan Guru PAUD

Terkadang, saya hanya seorang mahasiswa yang berusaha menulis hal-hal bermanfaat serta menyuarakan isu-isu hangat.

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Terjebak di Kelas Menengah: Antara Mimpi Kaya dan Kenyataan Bertahan Hidup

2 Maret 2024   09:13 Diperbarui: 3 Maret 2024   08:32 805
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebanyak 52 juta jiwa masyarakat Indonesia termasuk masyarakat kelas menengah. Foto: KOMPAS/PRIYOMBODO (PRI)

Terkadang, saya merasa terperangkap dalam kelas menengah. Pada satu sisi, saya menyadari bahwa saya lebih beruntung daripada individu yang hidup dalam kekurangan ekstrem. Meskipun demikian, di sisi lainnya, saya menyadari bahwa saya masih jauh dari kaya dan terus berjuang untuk mencapai impian-impian saya. 

Merasa terperangkap di kelas menengah menunjukkan perasaan terkekang antara dua realitas yang berbeda. Di satu sisi, ada rasa syukur karena memiliki akses kepada kebutuhan dasar seperti tempat tinggal yang layak, pendidikan yang memadai, dan makanan yang cukup. Saya menyadari bahwa banyak orang di dunia ini tidak memiliki keberuntungan yang sama dan hidup dalam kondisi kekurangan yang sangat parah. Ini menciptakan rasa syukur dan kesadaran atas keberuntungan saya.

Namun, di sisi lainnya, ada juga kesadaran bahwa saya masih jauh dari mencapai kemakmuran finansial yang diinginkan. Sebagai individu di kelas menengah, saya terus berjuang untuk meraih impian-impian saya, baik itu dalam hal karir, pendidikan lanjutan, atau menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi diri saya sendiri dan keluarga saya. 

Saya menyadari bahwa ada batasan-batasan ekonomi yang mempengaruhi kemampuan saya untuk mencapai tujuan-tujuan ini, seperti biaya pendidikan yang tinggi atau kesulitan untuk memulai bisnis sendiri. Merasa terperangkap di kelas menengah juga bisa menimbulkan perasaan ambivalen atau bahkan frustrasi. Saya sering kali merasa di tengah-tengah; tidak cukup kaya untuk memiliki segala sesuatu yang saya inginkan tanpa batasan, tetapi juga tidak miskin sehingga saya benar-benar memerlukan bantuan eksternal. 

Ini menciptakan tantangan tersendiri dalam menavigasi kehidupan sehari-hari dan merencanakan masa depan. Dalam menghadapi perasaan ini, penting untuk tetap bersyukur atas apa yang telah kita miliki dan tetap gigih dalam mengejar impian kita. Meskipun terkadang mungkin sulit, menyadari bahwa perjalanan hidup memiliki berbagai macam tantangan dan kesempatan adalah langkah pertama untuk meraih kedamaian dalam diri kita sendiri. Dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan terus berjuang untuk meningkatkan diri, saya yakin bahwa saya bisa mengatasi rasa terjebak ini dan mencapai tujuan-tujuan yang saya impikan.

asumsi.co
asumsi.co

Seperti yang dilaporkan dalam artikel Harian Kompas, sekitar 126 juta penduduk Indonesia tergolong dalam kelas menengah atau yang dianggap sebagai calon kelas menengah. Kelompok ini sering disebut sebagai "susah kaya" karena kehidupan mereka ditandai oleh perjuangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, berusaha menabung, dan kadang-kadang dapat menikmati gaya hidup tertentu. 

Kelas menengah atau calon kelas menengah adalah segmen masyarakat yang berada di antara kelas miskin dan kelas atas. Mereka memiliki tingkat penghasilan yang relatif stabil, namun tidak mencukupi untuk memenuhi semua keinginan mereka tanpa harus memperhitungkan secara matang setiap pengeluaran yang mereka lakukan. 

Sebagian besar dari mereka berusaha keras untuk mengatur keuangan mereka dengan bijak, mencoba menabung sebanyak mungkin untuk masa depan, sambil juga berusaha menjaga keseimbangan antara menikmati kehidupan sekarang dan merencanakan untuk masa depan yang lebih baik.

Istilah "susah kaya" merujuk pada kondisi di mana mereka memiliki akses terhadap berbagai fasilitas dan gaya hidup yang mewah secara terbatas, tetapi juga harus berjuang keras untuk mempertahankan dan menikmatinya. Mereka mungkin memiliki kemampuan untuk membeli barang-barang mewah atau menikmati liburan sekali-sekali, tetapi sering kali harus membatasi diri dalam hal-hal tersebut agar dapat mencapai tujuan finansial yang lebih besar. Dalam kehidupan sehari-hari, kelompok ini seringkali dihadapkan pada tekanan untuk memastikan bahwa penghasilan mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan, sambil juga berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup mereka secara bertahap. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun