Di tengah desa, sawah menghijau,
Di sanalah bermula kisah cinta yang tumbuh.
Mahasiswa KKN, hati berdegup,
Maya, sebutan yang membuat hati merayap.
Di bawah langit biru, di antara tanaman padi,
Udin dan Maya bertemu tanpa disengaja,
Sinar matahari membelai wajahnya,
Seolah menyaksikan cinta yang bermekaran.Â
Pada hari pertama, desa memanggil,
Tugas KKN mengikat hati dan tujuan.
Namun di balik pekerjaan dan mimpi,
Cinta merajut benang di antara keduanya.
Dialog terjadi di tengah sawah yang luas,
Udin bertanya, mata penuh kehangatan.
"Maya, apakah hatimu juga merasakan,
Getaran cinta yang tumbuh di antara kita?"
Maya tersenyum, mata cokelat bersinar,
"Udin, cinta tumbuh seperti tunas yang muncul.
Di antara sawah dan hatiku, kita bersama,
Bersatu dalam tugas dan cinta yang merona."
Puisi cinta KKN mengalir seperi sungai,
Melibas batu dan bebatuan tak terlihat.
Mereka berdua, seperti dua pilar,
Menopang desa dan cinta yang kian berkembang.
Tak selalu mulus, tak selalu indah,
Ada konflik di antara warga desa.
Namun Udin dan Maya, bersama-sama,
Menjalin damai di antara keterpisahan.Â
Pada akhir KKN, di bawah langit senja,
Udin dan Maya melepas peluk hangat.
Cinta mereka bukan hanya cerita sebentar,
Melainkan puisi abadi yang takkan pudar.
Antara sawah dan hati yang terpaut,
Kisah cinta mahasiswa KKN terukir abadi.
Di desa terpencil, di tengah-tengah tugas,
Mereka menemukan cinta sejati yang tumbuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H