Dia selalu gagal menghitung jumlah jeram sungai yang buncah menyilang,
memotong alis kekasihnya. Penaka badal yang ditakdirkan untuk terus mengganggu musim-musim yang angkuh.
Tak dapat lagi ia jangkau wilayah dan nusa-nusa yang rindu janjikan.
Nanun sudah ia titipkan sentuhan itu pada ciuman purba_masa depannya telah mati di pancung seutas senyum gelandangan asing.
Hari ini bening, pening, hening dan kuning. Senjanya menawarkan separuh kesempatan untuk mengaduk dingin secangkir pahit duka lara Pablo Neruda: "kau terbuat dari segalanya, tetapi jarak menelan segalanya."
Hujan diutus untuk menyelinap_menuntun air mata yang tergesa-gesa.
Sebab hidup adalah jawaban dari pertanyaan yang tidak ada.
Maka menangislah dengan sederhana. Mereka yang tidak ikut memiliki, tidak berhak merasa kehilangan. Tidak berhak.