Disrupsi ibarat ombak besar yang menghantam karang setiap kemapanan yang telah ajeg dibangun setelah proses yang cukup panjang, menghabiskan dekade-dekade yang melelahkan dan tanpa disadari paradigma bergeser, nilai terdegradasi, sistem berubah budaya masyarakat mengalami akulturasi yang amat dahsyat, begitupun sektor-sektor vital dalam masyarakat. seperti musuh yang tak terlihat, para jawara industri dilumpuhkan tanpa sadar dan lenyap ditelan zaman dan kemajuan. Nah, lantas bagaimana nasib pendidikan islam masa depan dan masa kini.
Kesenjangan sosial yang semakin curam, kemiskinan yang semakin mencekik populasi masyarakat marginal, kerusakan lingkungan dari musabab eksploitasi alam, keadilan yang tumpul, politik tanpa etik, nihilnya nilai spiritual yang sering kita dapati juga di zaman sekarang ini. Globalisasi yang memudahkan interaksi, begitu pula menjadi pemicu polaritas. Teknologi memberi kebebasan dalam kebutuhan informasi, tapi tak ubahnya masyarakat kini mengidap penyakit disinformasi. pengetahuan yang justru mengevaluasi nilai individu pada empunya.Â
Pendidikan Islam Masa Kini dan Masa Depan sekurang-kurangnya terdapat tiga masalah utama dalam batang tubuh pendidikan islam indonesia: Pertama, yaitu problem kelembagaan baik kebijakan sampai prodecural masih memiliki berbagai kerancauan dan tidak mengedepankan kebutuhan riil anak didik. Kedua, konstruk pendidikan yang belum mampu bersaing secara global. Ketiga, epistemologi keilmuan dalam mengembangkan kurikulum tidak memiliki integritas antara ilmu agama dan ilmu umum. Â
Kemudian untuk menjawab ketiga permasalahan tersebut penulis mengajukan tiga jawaban. Pertama Teknologi dalam pendidikan islam: pemanfaatan teknologi dalam pendidikan islam memiliki potensi besar untuk meningkatkan aksesibilitas, efektivitas, dan interaktifitas dalam pendidikan islam. Kedua, keterbukaan dan inklusivitas, dalam konteks pendidikan islam menjadi aspek penting yang memerlukan pemikiran dan tindakan yang bijak untuk memfasilitasi dialog dan pemahaman yang menghormati interprestasi keagamaan tanpa mengecualikan kelompok tertentu. Kemudian pengembangan kurikulum dan pendekatan pembelajaran yang dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial dan teknologi tanpa mengabaikan prinsip-prinsip keagamaan . Ketiga, pentingnya pendidikan karakter yang berdasarkan  nilai-nilai islam yang integritas, kejujuran dan kepedulian sosial atau empati. Karena pendidikan karakter memiliki peran penting  dalam membentuk pribadi yang tangguh, bermoral, dan berkontribusi yang positif terhadap masyarakat. Oleh sebab itu, dalam dunia yang semakin komplek pendidikan karakter bisa membekali peserta didik dengan landasan moral yang kuat.Â
Untuk generasi di masa yang akan mendatang perlu untuk memiliki keterampilan yang responsif terhadap perubahan serta memiliki adaptabilitas yang baik. inilah yang disebut keterampilan abat ke-21 "21st Century Skills, salah satu di antara gagasan tentang 4C's: Critical-Thinking, Communication, Collaboration, Creativity. Keterampilan tersebut merupakan kompetensi dasar bagi setiap individu untuk mampu terus bertahan berselancar di tengah arus ombak disrupsi industrialisasi yang begitu cepat berubah yang menuntut untuk terus berinovasi dan memiliki nilai guna yang tepat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H