Mohon tunggu...
Ahmad Sastra
Ahmad Sastra Mohon Tunggu... Penulis - penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Ahmad Sastra adalah seorang peminat literasi fiksi maupun nonfiksi. beberapa buku fiksi dan non fiksi telah ditulisnya. banyak juga menulis artikel populer di berbagai media masa cetak dan elektronik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Radikal Radikul, Antara Akal dan Dengkul

27 April 2022   13:19 Diperbarui: 27 April 2022   13:23 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Ahmad Sastra

Narasi radikalisme dan terorisme nampaknya tak akan pernah berhenti, seiring muatan kepentingan pihak-pihak tertentu. Kata radikal mula-mula bisa dilihat dalam perspektif ontologis yang membahas obyek apa yang telah ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara obyek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan mengindera) yang membuahkan pengetahuan ?.

Secara etimologis atau bahasa, radikal/isme berasal dari kata radical atau  radix yang berarti "sama sekali" atau sampai ke akar akarnya. Dalam kamus Inggris Indonesia susunan Surawan Martinus kata radical disamaartikan (synonym) dengan kata "fundamentalis" dan "extreme". 'radikalisme' berasal dari bahasa Latin "radix, radicis", artinya akar ; (radicula, radiculae: akar kecil). Berbagai makna radikalisme, kemudian mengacu pada etimologi kata "akar" atau mengakar ini.

Adapun secara terminologi, kata radikal dimaknai sebagai upaya mencapai tujuan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Dalam perspektif sains mikro biologi, didapati istilah radikal bebas yang merupakan sebutan untuk sel-sel rusak yang dapat menyebabkan kondisi negatif tertentu. Disebut "bebas" karena sel-sel ini kehilangan molekul penting yang membuat mereka dapat mendatangkan kerusakan jika bertemu dengan molekul lain.

Sekarang perspektif epistemologis yang maknya  cara Mendapatkan Pengetahuan. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu?. Bagaimana prosedurnya?. Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan dengan benar ?. Islam menjadikan akal dan wahyu sebagai sumber kebenaran, sementara filsafat hanya menjadikan akal sebagai sumber kebanaran.

Dalam KBBI, terorisme didefinisikan sebagai penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai tujuan (terutama tujuan politik). Atau secara sederhana, KBBI memuat pengertian terorisme sebagai tindakan teror (dari definisi ini istilah terorisme pada awalnya jelas tidak ada hubungannya dengan agama tertentu, terutama Islam)

Mengenai pengertian yang baku dan definisi dari apa yang disebut dengan Tindak Pidana Terorisme itu, sampai saat ini belum ada keseragaman. Menurut Prof. M. Cherif Bassiouni, ahli Hukum Pidana Internasional, bahwa tidak mudah untuk mengadakan suatu pengertian yang identik yang dapat diterima secara universal sehingga sulit mengadakan pengawasan atas makna Terorisme tersebut. Oleh karena itu menurut Prof. Brian Jenkins, Phd., Terorisme merupakan pandangan yang subjektif. Dalam konstruk akademik, istilah terorisme masih belum menemukan titik persamaan definisi hingga sekarang.

Secara metodologis, istilah radikalisme dan terorisme tidak bisa dilepaskan dari sudut pandang filsafat Barat atas Islam. Barat menggunakan metodologi khusus (methodological) dan menerapkan teori yang berdasarkan observasi, analisis, sintesis dan pengalaman (eksperimen) terhadap Islam. Filsafat sebagai metode berpikir adalah kajian tentang pembentukan (constructing), penilaian (evaluating), atau pembahasan (discussing) masalah yang berkaitan dengan sebuah sistem pemikiran dengan pendekatan ilmiah yang tersusun, metodologis dan teoritis.

Studi Islam atau islamologi di Barat dikaji dengan pendekatan filsafat hermeneutika  yakni interpretasi berdasarkan akal dengan menjadikan Islam sebagai obyek kajian. Pisau analisa yang digunakan adalah paradigma Barat seperti skeptisisme, empirisme, relativisme, rasionalisme, liberalisme, moderatisme dan sekulerisme. Dengan pendekatan hermeneutika inilah Islam didudukkan sebagai antitesis paradigma barat yang kelak akan melahirkan stigmatisasi monsterisasi Islam.

Kata hermeneutika, dalam bahasa Indonesianya yang kita kenal, secara etimologi berasal dari istilah Yunani, dari kata kerja hermeneuein, yang berarti "menafsirkan", dan kata benda hermeneia, "interpretasi".  Hermeneutika dalam sejarahnya dinisbatkan kepada Dewa Yunani Kuno, Hermes, yang bertugas menyampaikan berita dari yang maha Dewa yang ditujukan kepada manusia. Karena pesan-pesan Dewa masih dalam koridor bahasa langit, maka dibutuhkan upaya penerjemahan dan penafsiran ke dalam bahasa bumi yang dipahami oleh manusia.  (Richard E. Palmer, Interpratation Theory in Schleirmacher, Dilthey, Heidegger, and Gadamer, terj. Mansur Hery & Damanhuri M, Hermeneutika, Teori Baru Mengenai Interpretasi, hal. 14.)

Mengingat profesi utama Hermes adalah memintal maka kata ini dikaitkan dengan padanan yang sama dalam bahasa latin, yaitu tegere. Hasil dari pemintalan dalam bahasa latin ini adalah textus atau teks. Dan teks merupakan isu sentral dalam kajian hermeneutika. Dalam perkembangannya, hermeneutika dipraktekkan dalam lingkup wilayah Yunani dalam rangka menggali makna dan peran teks-teks sastra yang berasal dari masyarakat Yunani Kuno.Sekali pun demikian, kata hermenutika sendiri nanti ditemukan pada karya Plato (429-347 SM) Pollitikos, Efinomis, Definitione dan Timues. (Nasir, Malki Ahmad, Hermeneutika Kritis (Studi Atas Pemikiran Habermas), dalam Majalah Pemikiran dan Peradaban Islam ISLAMIA, no.1, th.2004).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun