Facebook adalah aplikasi media sosial terbesar saat ini. Dengan memiliki akun facebbok, setiap orang akan memiliki sebuah ruang private yang hanya bisa diakses olehnya. Ruang ini dikunci rapat dengan username dan kata sandi yang khusus dan unik. Dalam ruang private ini, pemilik akun dapat mencurahkan perasaan dan fikirannya lintas waktu dan kadang buatan. Di ruang private ini setiap orang dapat melakukan eksploitasi rasa dan fikir dirinya sesuka hati, sebab itu terciptalah sebuah konsep “kehidupan” sosial facebook yang bias dengan realitas, sebuah konsep “kehidupan” yang dibangun oleh bahan kepura-puraan, eksplorasi rasa dan fikir yang kadang berlebihan. Konsep kehidupan ini, tentu saja tidak dapat diverifikasi.
Di tampilan muka-strategis halaman beranda dan profile facebook tersedia kolom untuk menulis dengan pertanyaan pemicu: “Apa yang Sedang Anda Fikirkan? Pertanyaan ini secara langsung manyasar kepada pemilik akun untuk menuliskan sesuatu yang secara khusus dirasa dan difikirkannya. Ketika facebook-ers menuliskan sebuah “status”, pemilik akun sedang menghadiri ruang private-nya, dia sedang hadir dalam ruang khususnya. Facebook menyediakan ruang untuk pemilik akun bergulat dengan dirinya sendiri, menjadi perwakilan perasaan marah, cinta, senang bahkan doa yang privat. Dengan mengejawantahkan perasan tersebut dalam ruang privatenya sekaligus ia menghadirkan diri ke hadapan publik. Ekspresi personal pemilik akun sekaligus dihadirkan kehadapan komunitas facebook.
Dengan berada pada ruang private ini, pemilik akun sekaligus keluar dari kehidupan real-nya sendiri dan memasuki sebuah ruang publik yang lain. Keluarnya facebook-ers dari dunia nyatanya mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan emansipatoris psikologis dan sosial. Misalnya, ketika seorang pemilik akun sedang merasakan jatuh cinta dan tidak mampu menunjukkan atau memberitahukan perasaannya tersebut kepada orang lain yang ada diseitarnya, maka ia akan keluar dari kehidupan nyatanya dan masuk kedalam ruang privatenya tersebut, dan dengan masuknya ia kedalam ruang privatenya, ia sekaligus sedang menyipkan diri untuk ditonton. Dalam ruang private-nya ia sekaligus masuk keruang-ruang private orang lain, yang artinya adalah sebuah ruang publik. Dengan demikian, akun private yang disediakan facebook ini menjadi ruang persinggahan atau pelarian dari kenyataan real yang ia hadapi, ia ingin keluar dari kehidupan publik-real dan memasuki ruang private yang berorientasi publik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H