Mohon tunggu...
ahmad mustofa
ahmad mustofa Mohon Tunggu... -

Saya bukan siapa-siapa dan bukan apa-apa, hanya senang mengamati dan memperhatikan kehidupan sosial di sekeliling, tinggal di Tuban Jawa Timur (Tuban adalah kota kecil di sebelah Barat Laut kota Surabaya).

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mikrofon DPR Ternyata Kelas Murahan?

2 Maret 2010   10:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:39 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Matinya mikrofon di ruang sidang paripurna tentang kesimpulan Pansus Century disinyalir menjadi penyulut emosi para anggota dewan yang berujung dengan kekacauan. Diduga mikrofon sengaja dimatikan dan hal ini akan diusut tuntas. Demikan kata Akbar Faisal dari Fraksi Partai Hanura dalam jumpa pers di Press Room DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (2/3/2010). Akbar menjawab pertanyaan apakah ada sabotase untuk mematikan semua mikrofon ketika sidang mulai ricuh. Yang jelas menurut Akbar, matinya mikrofon membuat banyak anggota DPR merangsek maju ke meja pimpinan DPR. Akbar mengatakan dirinya naik ke podium untuk memprotes sikap Ketua DPR Marzuki Alie yang menutup sidang sepihak dengan alasan mematuhi Badan Musyawarah (Bamus) DPR. Padahal keputusan tertinggi ada di sidang paripurna. Akbar mengatakan sepakat dengan pendapat anggota Pansus Bambang Soesatyo yang menyatakan tidak perlu ada lagi pembacaan sikap fraksi dalam sidang paripurna (Sumber yahoo.co.id). Menanggapi perihal sidang paripurna DPR hari ini yang berlangsung ricuh akibat ulah Ketua DPR yang menutup sidang tanpa meminta pendapat pimpinan DPR maupun pimpinan sidang yang tidak menghiraukan interupsi atau pendapat anggota DPR yang lain sungguh menggelikan dan sekaligus memalukan. Seorang yang mengaku demokrat sejati mestinya selalu mendengar dan memberikan pihak lain memberikan atau mengutarakan pendapatnya dan tidak ada pemaksaan kehendak. Kalau yang dipertontonkan tadi adalah pemaksaan kehendak demi tercapainya tujuannya sendiri tanpa memeperhitungkan pendapat orang lain. Yang lebih menggelikan lagi, barusan di TV dengan "jumawa"-nya ketua DPR bilang bahwa tadi dia tidak mendengar akan suara-suara interupsi dari anggota DPR lain karena mikrofon di ruang paripurna DPR tidak berfungsi. Jadi pantas dipertanyakan, mengapa ruang sidang paripurna anggota DPR yang terhormat hanya memiliki system mikrofon yang "kelas kaki lima". Atau jangan-jangan memang sengaja ada oknum dari seketariat dewan yang mendapat "tugas khusus" untuk "mensabotase" mikrofon ruang paripurna agar sidangnya berlangsung ricuh dan dead lock, sehingga tujuan salah satu pihak agar pertandingan "grand final" Pansus Century ini berlangsung dengan perpanjangan waktu. Sehingga dengan perpanjang waktu  maka akan leluasalah lobi-lobi bagi kekuasaan atau akrobat "tebar pesona" yang lain. (AM, 2 Maret 2010).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun