Mohon tunggu...
Ahmad Mirdat
Ahmad Mirdat Mohon Tunggu... -

Menaklukkan dunia bukan dengan senjata melainkan membaca dan menulis.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menerapkan Pendidikan Seks

12 Desember 2013   07:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:02 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menerapkan Pendidikan Seks

Ketika mendengar kata seks apa yang terpikir di benak? Pornografi dan vulgar. Memang sebagian besar masyarakat menganggap membicarakan seks itu merupakan sesuatu hal yang tabu dan tak layak di bicarakan. Apalagi, anak sudah mulai bertanya yang gampang-gampang susah dijawab seperti, ciuman itu enak, nggak? Pemerkosaan itu apa? Padahal, di era globalisasi ini pertanyaan semacam itu tak bisa lagi dicegah, termasuk dari mulut kita sendiri. Biasanya pertanyan seperti itu sering dilontarkan oleh anak-anak menjejang masa remaja.

Dimana, masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa ujian, masa penuh tantangan, sukar dimengerti, dan masa yang penuh dengan gelora. Biasanya masa remaja terjadi sekitar dua tahun setelah masa pubertas, menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosioanal mendalam. Banyak remaja putra dan putri mempengaruhi secara sosial teman sebaya yang dimilikinya baik itu formal maupun informal.

Dilihat dari kaca mata sejarah dan fenomena sekarang membuat penulis sungguh ironis dikarenakan semakin hari kasus seks menjadi sorotan masyarakat. Pada 2013 sendiri menurut catatan tahunan komnas perempuan terdapat 216.156 kasus. Dimana kasus yang paling sering kali terjadi adalah kekerasan seksual sebanyak 2.521 kasus, dengan bentuk pemerkosaan sebanyak 840 kasus dan pencabulan 780 kasus.

Menurut penulis, ada beberapa faktor yang menyebabkan penyimpangan-penyimpangan seksual dikalangan remaja, misalnya hamil diluar nikah dan pemerkosaan. Pertama, akibat perkembangan teknologi yang cukup pesat akan membawa dampak negatif terhadap pemerkosaan. Artinya, dengan mudah  mencari film maupun novel porno di jejaring sosial dengan mengetik salah satu hurup di google maka akan muncul apa yang di cari sehingga timbul keinginan untuk melampiaskan nafsu bejat. Kedua, lemahnya pengawasan dan pengetahuan seks dari orang tua. Sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seprti teman, ataupun media masa. Ketiga, pergaulan bebas yang sudah melampaui batas. Sekarang yang sudah melakukan pergaulan bebas bukan hanya tingkat mahasisa saja. Tapi sudah masuk dalam tingkatan anak SMA dan SMP yang sudah berani melakukan seks. Keempat, kurangnya faham tentang seks sehingga dampak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks diluar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV dan sebagainya.

Lantas bagaimana supaya seksul tidak adanya penyimpangan-penyimpanga? Pada kontek ini banyak cara yang dapat dilakuka. Yang  pertama,  peran orang tua untuk memberi pendidikan seks yang benar. Dalam memberi pendidikan pendidikan terhadap anak yang terlebih dahulu orang tua harus memiliki pengetahuan cukup, keterampilan komunikas dan keterbukaan. Agar anak tidak lantas mencari jawaban dari sumber-sumber yang tidak bertanggung jawab. Kedua, pendidikan di sekolah maupun kampus, sebab dengan dimasukan dalam kurikulum pendidikan sex. Sehingga guru dan dosen juga dapat memberi pengetahuan seks secara menyeluruh dan melakukan kontrol dengan anak didiknya. Yang paling penting juga guru maupun dosen selalu  mengingatkan setiap hari bahwa seksualitas itu jangan sampai salah gunakan atau penyimpangan. Ketiga, pemerintah seharus tidak melakukan pembagian kondom secara massal sebelum anak-anak dapat pengetahuan seks secara benar. Dikarenakan akan menimbulkan pemimikiran negatif terhadap kondom tersebut. Perlukah pendidikan seks diterapkan?

Pendidikan seks

Dilihat dari fenomena kasus seksualitas yang kerap kali terjadi diluar pernikhan seharusnya pendidikan sek itu perlu dilakukan. Pendidikan sex merupakan suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang benar dan jelas. Iformasi itu meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan, dan kemasyarakatan. Oleh karena itu, pendidikan seks sangat perlu bagi remaja. Sebab ada banyak manfatnya, antara lain: untuk mengetahui informasi seksual bagi remaja, memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah seksualitas, memiliki kesaran akan fungsi-fungsi seksualnya, memahami masalah-masalah seksual remaja, dan memahami fakto yang menyebabkan timbulnya masalah seksualitas.dan Dalam memberikan pendidikan seks terhadap anak harus beberapa tahap.

Pertama, masa pra-pubertas yaitu pada usia 7-10 tahun. Pada tahap ini seorang anak diajarkan mengenai indentitas diri yang berkaitan erat denga organ biologis, perbedaan antara laki-laki dan perumpuan. Kedua, masa pubertas ini anak harus diberi penjelasan mengenai fungsi-fungsi biologis secara ilmiah seperti, menstrubasi pada anak perempuan dan mimpi basah pada anak laki-laki. Ketiga, masa remaja merupaka yang sangat penting sekali. Sebab tahap ini anak menjadi kritis, dan naluri ingin tahu dalam diri anak semakin meningkat, yang harus diberi pelajaran tentang etika hubungan seksual dan menanamkan rasa tanggung jawab. Keempat, masa dewasa merupakan hanya memberi penjelasan untuk menjaga diri jika belum mampu untuk melakukan pernikahan.

Selain menerapkan pendidikan seks yang dilakukan oleh guru, orang tua dan pihak ataupun lembaga yang terkait. Tidak serta merta tanggung jawab terhadap masa depan lepas begitu saja. Namun, perlu diperhatikan lagi sejauh mana pemahaman mereka tentang seks yang seharusnya tidak dibawa pada konotasi negatif.

Dengan demikian keinginan untuk bebas dari AIDS bangsa kita akan terwujud jika semua pihak berjalan sinergis untuk memajukan dan mewujudkan ciata-cita bangsa. Dan yakinlah bahwa Indonesia akan menjadi bangsa bebas AIDS sedunia. Amin

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun