Mohon tunggu...
Kang Jayy
Kang Jayy Mohon Tunggu... karyawan swasta -

pembelajar sambil mengajar | lecturer and researcher |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Indonesia Negeri Gagal: Dimana Peran Sarjana?

19 Oktober 2012   03:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:40 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mungkin kita pernah ingat di penghujung Juni 2012 lalu ketika lembaga Fund for Peace Washington DC Amerika Serikat, mengeluarkan Indeks Negara Gagal. Indonesia berada di peringkat ke-63 dari 178 negara di seluruh dunia, Indonesia dalam kondisi ‘warning’. Ada 12 indikator yang digunakan sebagai ukuran penentu Indeks Negara Gagal. Empat di bidang sosial, dua di bidang ekonomi, enam bidang politik. Menurut Azyumardi Azra secara keseluruhan berbagai indikator tersebut belum terlalu mencemaskan. Tetapi jelas, jika indikator-indikator tidak menggembirakan tersebut tidak diperbaiki secara serius, bukan tidak mungkin Indonesia betul-betul terjerumus menjadi negara gagal.

Lalu apa peran para intelektual dan cendikiawan dalam memperbaiki dan membawa negeri Indonesia menjadi lebih baik? Padahal jumlah sarjana Indonesia setiap tahun terus bertambah. Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pengembangan (OECD) menyatakan Indonesia bakal menjadi negara dengan jumlah sarjana muda terbanyak kelima di tahun 2020 setelah Cina, AS, India, Rusia dan Jepang.

Menurut saya para intelektual harus mengaca diri, apa yang salah dalam dirinya? Lalu kemudian menganalisa, mengapa negeri Indonesia menjadi negeri gagal? Oleh karena para intelektual adalah salah satu penentu maju mundurnya sebuah negara. Merekalah yang menjadi rujukan dalam membuat kebijakan di berbagai bidang termasuk di dalamnya sosial, ekonomi dan politik.

Menurut Dwi Condro Triyono, Ph.D, semuanya bermula dari pendidikan kita. Ya! Pendidikan kita yang hanya memberikan ilmu pengetahuan tingkat III (tiga). Dimana ilmu pengetahuan tingkat III mengakibatkan generasi muda rusak moralnya, generasi tuanya doyan korupsi, ilmuwannya hanya menjadi “kuli” orang lain bahkan “jongos” negara lain.

Apa itu ilmu pengetahuan tingkat III? Adalah ilmu yang didapat ketika manusia ingin memanfaatkan dan merekayasa ilmu pengetahuan tingkat II sehingga menghasilkan sesuatu yang inovatif. Ilmu pengetahuan yang sampai tingkatan III, akan menghasilkan pakar-pakar yang terampil, profesional dan ekspert di bidangnya. Namun, hanya akan menjadi “tukang” yang siap untuk “dimanfaatkan” oleh pemesannya. Baik bagi mereka yang pakar dalam ilmu pengetahuan alam, maupun dalam ilmu pengetahuan sosial.

Artinya, Ilmu pengetahuan tingkat III tidak pernah menghasilkan manusia yang mandiri.Sebanyak apapun pakar yang dihasilkan, baik S1, S2 maupun S3, tetap hanya sebagai “tukang” terampil yang siap untuk dipekerjakan. Akan menyebabkan bangsa ini mudah untuk menjadi bangsa yang terjajah. Apa yang bisa dilakukan hanyalah mengikuti agenda dan arahan dari orang lain atau malah para penjajah.

Seharusnya, ilmu pengetahuan yang diajarkan tidak hanya berhenti pada tingkat III, harus ditingkatkan lagi hingga mencapai tingkat IV, V, bahkan tingkat VI. Tercapainya tingkatan tersebut diharapkan dapat memaksimalkan potensi intelektualitas  yang dimiliki manusia.Akhirnya, akan lahir manusia yang mandiri dan tidak mudah untuk dikendalikan oleh kaum penjajah.

Pemahaman tentang tingkatan ilmu pengetahuan menjadi penting, agar para intelektual bisa mengukur diri masuk dalam tingkat berapa. Jangan-jangan masuknya Indonesia menjadi negara gagal diakibatkan karena mayoritas kaum terdidiknya hanya sebatas level III saja. Bagaimanakah jabaran tentang tingkatan ilmu pengetahuan dari tingkat I hingga VI, dan bagaimana cara meng-upgrage-nyaagar terus meningkat? InsyaAllah deh di tulisan berikutnya, khawatir kepanjangan he he.

follow me @Kang_Jayy

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun