Mohon tunggu...
Ahmad Yunus
Ahmad Yunus Mohon Tunggu... -

hanya pembelajar biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak dan Suara Perubahan

14 Juli 2013   22:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:33 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

... Jadi aku mengirim suratini Mau mengajak ibu menyamar. Malam-malam kita bisa pergi ke tempat yang banyak orang miskinnya.

Pakai baju robek dan jelek. Muka dibuatkotor. Kita dengar kesusahan rakyat. Terus kita tolong. Tapi ibu jangan bawa pengawal. Jangan bilang-bilang. Kita tidak usah pergi jauh-jauh. Didekat rumahku juga banyak anak jalanan.Mereka mengamen mengemis. Tidak ada bapak ibunya. Terus banyak orang jahat minta duit dari anak-anak kecil. Kasihan. Ibu Presiden,kalau mau, ibu balas surat aku ya. Jangan ketahuan pengawal nanti ibu tidak boleh pergi.Aku yang jaga supaya ibu tidak diganggu orang.Ibu jangan takut. Presiden kan punya baju tidak mempan peluru

Ada kan seperti di filem? Pakai saja. Ibu juga bisa kurus kalau jalan kaki terus. Tapi tidak apa. Sehat. Jadi ibu bisa kenal orang-orang miskin di negara Indonesia. Bisa tahu sendiritidak usah tunggu laporan karena sering ada korupsi…

Tulisan di atas merupakan surat dari Abdurahman Faiz, siswa Kelas II SDN 02 Cipayung Jakarta Timur, kepada Presiden Indonesia ketika itu, Megawati. Surat itu merupakan Juara I Lomba Menulis Surat untuk Presiden, Tingkat Nasional, yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta, dalam rangka Hari Anak Nasional 2003. Sudah lama memang, tetapi kita dapat belajar tentang pendangan anak-anak mengenai solusi dari masalah yang ada disekitarnya.

Sejatinya, setiap anak memiliki pandangan tersendiri tentang masalah yang dihadapi oleh lingkungannya, bahkan bangsa dan negaranya. Bisa jadi, pandangan dan solusi dari anak-anak ini lebih baik dan tulus dari solusi orang dewasa. Hanya saja suara mereka selama ini belum didengar atau belum muncul karena kerap diabaikan.

Bahkan dengan arogan dan pongahnya kita menganggap mereka bau kencur. Anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Dan belum saatnya memikirkan masalah-masalah masyarakat. Apalagi merubah masalah menjadi program yang memecahkan masalah.

Padahal, setiap anak berpotensi menjadi agen perubahan selama mereka mendapat kesempatan bersuara dan menyampaikan aspirasinya. Surat faiz di atas misalnya, di tengah masalah data penduduk miskin yang semrawut di zaman itu, ia memberikan suaranya berupa solusi agar pemimpin negeri ini terjun langsung melihat penderitaan rakyat dengan mata kepala sendiri aagr kebijakannya tepat sasaran. Dan solusi ini masih relevan sampai saat ini, lihatlah berita tentang penyaluran BLSM yang karut marut.

Karena itu, anak-anak juga perlu difasilitasi mengenai hak dan partisiapasi mereka sebagai agen perubahan. Buang jauh-jauh pikiran negatif bahwa mereka tidak akan bisa menjadi agen peruban bagi sekitarnya. Karena di negeri lain hal itu sudah terpatahkan.

Adalah Bungker Roy, seorang filantropis asal India dan pendiri Barefoot College, yang berhasil memfasilitasi hak partisipasi anak dalam aktivitas publik sebagai agen perubahan di Tilonia daerah Rajasthan India. Bahkan tidak tanggung-tanggung, anak usia 12 tahun menjadi pemimpin di sana.

Setiap lima tahunBarefoot College mengadakan pemilu. Anak-anak berusia 6 - 14 tahunberpartisipasi dalam proses demokrasi dan mereka memilih perdana menteri. Perdana menteri yang terpilih berusia 12 tahun. Dia mengurus 20 kambing di pagi hari, tapi di malam hari dia adalah perdana menteri Dia memiliki kabinet, menteri pendidikan, menteri energi, menteri kesehatan. Dan mereka memantau dan mengawasi 150 sekolah untuk 7.000 anak-anak yang kegiatan belajar mengajarnya dilakukan pada malam hari.

Dengan partisipasi aktif, termasuk dalam perencanaan dan pengambilan keputusan, mereka belajar tentang tanggung jawab. Bukan tanggung jawab yang mudah memang, tetapi antusiasme mereka dalam mengurus sekolah malam mereka itu berbuah hasil Penghargaan Anak Dunia (World's Children's Prize) tahun 2008.

Apa yang perlu diperhatikan

Ketika kita memberikan mereka hak partisipasi dan hak bersuara kepada anak untuk melakukan kegiatan yang positif bagi sekitar, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan, yaitu:

Perhatikanlah antusiasme mereka ketika melakukan kegiatan positif bagi sekitarnya. Antusiasme akan memberi motivasi yang kuat pada anak untuk berusaha melakukan sesuatu yang baik secara terus menerus.

Doronglah rasa percaya diri mereka. ketika mereka punya satu tugas untuk dikerjakan, katakanlah sesuatu yang membuat mereka berani dan bahwa mereka bisa melakukan hal itu dan biarkan mereka mengerjakan itu sendiri. Namun, tetap tunggui, kalau – kalau mereka butuh bantuan kita.

Jangan masuk terlalu cerpat untuk menghindarkan atau memperbaiki setiap kesalahan anak. Berikan ruang bagi mereka untuk melakukan kesalahan, justru dari kesalahan itu mereka belajar untuk lebih baik.

Ketika anak mengalami masalah bantu dengan menawarkan beberapa solusi yang memungkinkan, daripada memberi tahu mereka apa yang seharusnya mereka lakukan. Terimalah bahwa mereka punya cara tersendiri dalam melihat dan mengerjakan sesuatu.

Pujilah anak ketika berhasil melakukan tugasnya. Memang kita lebih pandai mengharap, yang berarti membebani daripada memuji, yang berarti mengakui, meneguhkan, dan menguatkan. Dengan memuji, kita menjaga stamina psikologis anak untuk terus bekerja serta memperkuat kepercayaan dirinya bahwa ia memang mampumelakukannya. Yang kita inginkan dari memuji adalah menyatakan dukungan kita terhadap anak bahwa sesunggunya ia bisa. Dan yang kita inginkan dari anak adalah bahwa ia mengatakan: aku bisa!

Akhir kata, pemenuhan hak partisipasi anak penting untuk memfasilitasi mereka sebagai agen perubahan.Belajar dari usia yang sedini mungkin akan membuat merek lebih terbuka dan terbiasa dalam menerima pandangan tentang perubahan yang lebih baik. Karena anak-anak di saat ini adalah pengganti kita di masa depan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun