Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Manusia Adalah Apa Yang Di Ucapkannya : The Man Konsep.

4 Januari 2025   23:27 Diperbarui: 4 Januari 2025   23:27 18
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"The Man" (Sumber Gambar. Wikipedia).

Al-Insanu Ma Yaqulu Qoulahu Bihi: Manusia Adalah Apa yang Diucapkannya.

Ungkapan Arab "Al-Insanu Ma Yaqulu Qoulahu Bihi" ( ) yang berarti "Manusia adalah apa yang diucapkannya" memberikan penutup yang mendalam untuk analisis kita tentang kesaksian dan perilaku kolektif dalam konteks hukum.

Dalam konteks studi yang telah kita bahas, ungkapan ini memiliki beberapa dimensi pemaknaan yang relevan:

Pertama, ucapan seseorang mencerminkan identitas dan afiliasi kelompoknya. Ketika "burung-burung yang sama berkumpul di dahan yang sama", bahasa dan narasi yang mereka gunakan sering menjadi penanda kuat dari ikatan komunal mereka. Pola komunikasi, pemilihan kata, dan cara bertutur menjadi cermin dari mindset kolektif yang telah terbentuk.

Kedua, dalam konteks kesaksian hukum, pernyataan seseorang tidak hanya membawa bobot faktual, tetapi juga mengandung lapisan-lapisan makna psikologis dan sosial. Kesaksian yang diberikan seringkali menjadi representasi dari loyalitas kelompok, nilai-nilai yang dianut, dan posisi sosial dalam komunitas tertentu.

Ketiga, ungkapan ini mengingatkan kita bahwa dalam proses penegakan hukum dan rehabilitasi, perhatian perlu diberikan tidak hanya pada apa yang diucapkan, tetapi juga pada konteks sosial-psikologis yang membentuk ucapan tersebut. Pemahaman ini penting untuk mengembangkan pendekatan yang lebih efektif dalam menangani kasus-kasus hukum.

Sebagai penutup, "Al-Insanu Ma Yaqulu Qoulahu Bihi" mengajak kita untuk melihat bahwa dalam upaya penegakan hukum dan pencarian keadilan, kesaksian dan pernyataan seseorang perlu dipahami dalam konteks yang lebih luas dari sekadar nilai literal ucapannya. Pemahaman ini menjadi kunci dalam mengembangkan sistem peradilan yang tidak hanya adil tetapi juga efektif dalam menciptakan perubahan positif dalam masyarakat.

Analisis ini membuka jalan bagi penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara bahasa, identitas, dan perilaku dalam konteks hukum, serta pengembangan pendekatan-pendekatan baru dalam sistem peradilan yang lebih mempertimbangkan kompleksitas manusia sebagai makhluk sosial.

(Wallahu A'lamu Bishowab - Dan Allah Yang Maha Mengetahui yang benar)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun