Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Makna Suci Dalam Klasifikasi Ayat Mutasabihat.

3 Januari 2025   13:06 Diperbarui: 3 Januari 2025   13:06 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memahami Ayat Muhkamat Dan Mutasabihat (Sumber Gambar. Al-rasikh Universitas Islam Indonesia).

Makna Suci Dalam Klasifikasi Ayat Mutasabihat.

Dalam kajian tafsir Al-Qur'an, ayat mutasyabihat merupakan salah satu aspek penting yang memerlukan pemahaman mendalam. Menurut az-Zarqani dalam kitab Manahil al-'Irfan fi Ulum al-Qur'an, ayat mutasyabihat didefinisikan sebagai ayat-ayat yang maknanya tidak dapat dipahami secara langsung dan membutuhkan interpretasi lebih lanjut.

Imam As-Suyuthi dalam Al-Itqan fi Ulum al-Qur'an mengklasifikasikan ayat mutasyabihat ke dalam beberapa kategori. Pertama, ayat-ayat yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah (shifat), seperti "yad Allah" (tangan Allah) dalam QS. Al-Fath: 10. Kedua, huruf-huruf muqatta'ah di awal beberapa surat Al-Qur'an, seperti Alif Lam Mim. Ketiga, ayat-ayat yang membahas perkara ghaib seperti surga, neraka, dan hari kiamat.

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa para ulama terbagi menjadi dua kelompok dalam menyikapi ayat mutasyabihat. Kelompok salaf memilih untuk tidak melakukan interpretasi detail dan menerima ayat sebagaimana adanya dengan tetap meyakini kesucian maknanya. Sementara kelompok khalaf melakukan takwil atau interpretasi yang sesuai dengan keagungan Allah dan tidak bertentangan dengan ayat-ayat muhkamat.

Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menerangkan bahwa keberadaan ayat mutasyabihat memiliki hikmah untuk meningkatkan keimanan dan mendorong manusia melakukan perenungan lebih dalam terhadap Al-Qur'an. Hal ini juga mengajarkan sikap tawadhu' dalam memahami wahyu ilahi.

Ar-Razi dalam Tafsir Al-Kabir menambahkan bahwa klasifikasi ayat mutasyabihat ini menunjukkan kompleksitas dan kedalaman makna Al-Qur'an yang tidak dapat sepenuhnya dijangkau oleh akal manusia yang terbatas. Ini menegaskan bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat yang melampaui pemahaman manusia biasa.

Dalam konteks modern, Muhammad Abduh dalam Tafsir Al-Manar menekankan pentingnya memahami ayat mutasyabihat dengan pendekatan yang seimbang antara teks dan konteks, sambil tetap berpegang pada prinsip-prinsip dasar akidah Islam dan tidak bertentangan dengan ayat-ayat muhkamat yang sudah jelas maknanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun