SYUKUR.
Dalam Al-qur'an, surat Ibrahim Ayat 7 sebagai berikut :
artinya : (Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras." (Surat Ibrahim Ayat 7).
Konsep syukur dalam ayat " " menunjukkan sebuah hubungan kausal yang mendalam antara rasa syukur dan bertambahnya nikmat. Kata "syakartum" yang diikuti dengan "la'azdannakum" mengisyaratkan bahwa syukur bukan sekadar ungkapan verbal, melainkan sebuah kondisi yang menggerakkan perubahan positif dalam kehidupan seseorang.
Dalam konteks ayat ini, Allah SWT menegaskan sebuah hukum kausalitas spiritual, di mana syukur menjadi katalis bagi pelipatgandaan nikmat. Penggunaan huruf "lm" () pada kata "la'azdannakum" memperkuat kepastian janji ini, menunjukkan bahwa tambahan nikmat adalah konsekuensi yang pasti dari rasa syukur yang tulus. Ini merefleksikan prinsip bahwa syukur bukan sekadar respon pasif terhadap nikmat, tetapi merupakan sikap aktif yang membuka pintu-pintu keberkahan.
Lebih jauh lagi, penggunaan bentuk kata kerja masa depan dalam "la'azdannakum" mengindikasikan kontinuitas dan keberlanjutan. Ini menunjukkan bahwa pertambahan nikmat yang dijanjikan bukan hanya bersifat sesaat, melainkan berkelanjutan selama sikap syukur itu sendiri dipertahankan. Hal ini menegaskan bahwa syukur adalah sebuah proses berkelanjutan yang membentuk siklus positif dalam hubungan antara hamba dengan Penciptanya.
Penting untuk dicatat bahwa "nikmat" yang dijanjikan dalam ayat ini tidak terbatas pada aspek material saja. Kata "azdannakum" yang digunakan bersifat umum, mencakup berbagai bentuk pertambahan, baik dalam bentuk material, spiritual, ilmu pengetahuan, ketenangan jiwa, maupun keberkahan hidup. Ini menegaskan bahwa syukur adalah kunci pembuka berbagai dimensi keberkahan dalam kehidupan seorang muslim.
Korelasi Secara Tematik Dalam Tema Yang Sama Dalam Topik Mengenai Syukur.
Korelasi antara Surat Ibrahim ayat 7 dan Surat Luqman ayat 12 sebagai berikut :
artinya : Sungguh, Kami benar-benar telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu, "Bersyukurlah kepada Allah! Siapa yang bersyukur, sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur (tidak bersyukur), sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji." (Surat Luqman Ayat 12).
Korelasi tematik dalam topik yang sama, menunjukkan dua dimensi penting dari konsep syukur dalam Islam. Pada Surat Ibrahim, syukur dikaitkan dengan janji penambahan nikmat (), sementara dalam Surat Luqman menekankan bahwa manfaat syukur kembali kepada pelakunya sendiri ( ).
Kedua ayat ini saling melengkapi dalam menjelaskan hakikat syukur. Surat Ibrahim menggambarkan hubungan vertikal antara hamba dengan Allah melalui janji pertambahan nikmat, sedangkan Surat Luqman menekankan dimensi personal dimana syukur membawa kebaikan bagi diri sendiri. Frasa " " (bersyukur untuk dirinya sendiri) dalam Surat Luqman memperkuat pemahaman bahwa bertambahnya nikmat yang dijanjikan dalam Surat Ibrahim sesungguhnya adalah bentuk kebaikan yang kembali kepada pelaku syukur itu sendiri.