Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Wayhu & Akal : Dialektika Kebenaran Dalam Islam.

31 Desember 2024   23:29 Diperbarui: 31 Desember 2024   23:29 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wahyu & Akal Dalam Tradisi Filsafat Islam (Sumber Gambar. Neliti).

Wahyu & Akal: Dialektika Kebenaran Dalam Islam.

"Kebenaran tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran lainnya". (Ibn Rushd (Averroes) dalam "Fashl Al-Maqal").


Diskursus tentang hubungan antara wahyu dan akal dalam tradisi pemikiran Islam telah melahirkan berbagai perspektif yang menarik untuk dikaji. Ibn Rushd, seorang filsuf Muslim yang terkenal dengan pemikirannya yang brillian, mengemukakan sebuah prinsip fundamental bahwa kebenaran tidak mungkin bertentangan dengan kebenaran lainnya. Prinsip ini menjadi landasan penting dalam memahami hubungan dialektis antara wahyu dan akal.

Ketika kita menemukan apa yang tampak sebagai kontradiksi, hal ini sebenarnya merupakan sebuah proses presenting yang menghadirkan gejala-gejala yang perlu dianalisis secara mendalam. Kontradiksi ini bukanlah titik akhir, melainkan justru menjadi pintu masuk bagi proses analisis yang lebih komprehensif. Dalam tradisi keilmuan Islam, proses ini dikenal dengan istilah ta'arud dan tarjih, di mana para ulama melakukan kajian mendalam untuk menemukan titik temu atau preferensi antara dalil-dalil yang tampak bertentangan.

Metodologi analisis dalam menghadapi kontradiksi memerlukan tahapan pruning atau seleksi yang sistematis. Tahapan ini melibatkan proses eliminasi interpretasi yang tidak valid, identifikasi konteks historis dan linguistik, serta evaluasi premis-premis rasional yang digunakan. Al-Syatibi dalam magnum opus-nya "Al-Muwafaqat" menegaskan bahwa proses ini bukan sekadar upaya rekonsiliasi sederhana, melainkan sebuah metodologi yang kompleks untuk mencapai pemahaman yang lebih matang dan komprehensif.

Dalam konteks modern, pemahaman tentang dialektika wahyu dan akal ini menjadi semakin relevan. Kompleksitas permasalahan kontemporer menuntut pendekatan yang lebih sophisticated dalam memahami teks-teks keagamaan. Al-Ghazali dalam "Mihak al-Nazar" memberikan framework yang berguna dalam proses ini, di mana ia menekankan pentingnya keseimbangan antara dimensi tekstual dan rasional dalam memahami agama.

Pruning sebagai metode seleksi tidak berarti menghilangkan atau mengabaikan salah satu aspek kebenaran. Sebaliknya, ini adalah proses untuk menemukan sintesis yang lebih tinggi, di mana kedua dimensi kebenaran - baik yang bersumber dari wahyu maupun akal - dapat diharmonisasikan dalam bingkai pemahaman yang lebih komprehensif. Hal ini sejalan dengan spirit Al-Qur'an yang seringkali mengajak manusia untuk menggunakan akalnya (afala ta'qilun) sambil tetap berpegang pada wahyu sebagai guidance.

Upaya harmonisasi ini bukanlah sesuatu yang baru dalam tradisi Islam. Para ulama klasik telah mengembangkan metodologi yang sophisticated dalam menangani isu-isu yang tampak kontradiktif. Mereka memahami bahwa kontradiksi seringkali muncul bukan karena pertentangan yang hakiki, melainkan karena keterbatasan pemahaman manusia dalam menangkap kompleksitas wahyu dan realitas.

Dengan demikian, hubungan antara wahyu dan akal dalam Islam bukanlah hubungan yang antagonistik, melainkan dialektis dan komplementer. Keduanya adalah sumber pengetahuan yang saling melengkapi dalam upaya manusia memahami kebenaran. Kontradiksi yang muncul justru menjadi katalis bagi pengembangan metodologi pemahaman yang lebih matang dan komprehensif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun