Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sengkuni-Mahapati: Pengkhianat

15 Oktober 2024   02:15 Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:09 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sengkuni -Intisari.

Mahapati: Pengkhianat Dalam Bayang-bayang Kejayaan Majapahit.

"Sengkuni.

Di bawah sinar mentari tropis Jawa Timur, Majapahit berdiri megah sebagai kerajaan maritim yang perkasa. Didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1293, kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada pada abad ke-14[1]. Namun, di balik kemegahan istana dan luasnya wilayah kekuasaan, tersimpan kisah kelam yang jarang terungkap---kisah tentang seorang tokoh bernama Mahapati.

Mahapati, yang namanya terukir dalam naskah kuno Pararaton dan Kidung Sorandaka[2], adalah sosok yang kontroversial dalam sejarah Majapahit. Ia bukan pahlawan yang namanya dikenang dengan hormat, melainkan seorang penghasut yang menciptakan kekacauan di istana. Namanya, yang berarti "tuan besar" dalam bahasa Sanskerta, menjadi ironi mengingat perannya yang merusak tatanan kerajaan.

Pada masa pemerintahan Raja Jayanegara (1309-1328), Mahapati muncul sebagai tokoh yang berpengaruh di istana. Ia digambarkan sebagai sosok yang cerdik dan manipulatif, mahir dalam permainan politik istana yang rumit[3]. Kecerdikannya ini, sayangnya, tidak digunakan untuk memajukan kerajaan, melainkan untuk mengejar ambisi pribadinya.

Mahapati terkenal karena perannya dalam menghasut konflik antara raja dan para Dharmaputra---sekelompok pejabat tinggi kerajaan yang setia. Ia menyebarkan desas-desus dan fitnah, menciptakan perpecahan di antara mereka yang seharusnya bersatu untuk memimpin kerajaan[4]. Tindakannya ini mencerminkan kompleksitas politik istana Majapahit, di mana intrik dan pengkhianatan menjadi bagian tak terpisahkan dari perjuangan kekuasaan.

Puncak dari aksi pengkhianatan Mahapati terjadi ketika ia terlibat dalam upaya kudeta terhadap Raja Jayanegara. Meskipun detail pastinya masih diperdebatkan oleh para sejarawan, beberapa sumber menyebutkan bahwa Mahapati berusaha menggulingkan raja dengan bantuan beberapa pejabat istana lainnya[5]. Upaya ini, bagaimanapun, berakhir dengan kegagalan.

Nasib Mahapati berakhir tragis, sesuai dengan berat pengkhianatannya. Sumber-sumber sejarah menyebutkan bahwa ia dihukum mati dengan cara yang mengerikan---"dicincang seperti babi hutan"[6]. Hukuman ini bukan hanya mencerminkan kekejaman zaman itu, tetapi juga menjadi peringatan keras bagi siapa pun yang berani berkhianat terhadap kerajaan.

Kisah Mahapati memberikan perspektif yang berbeda tentang Majapahit. Di balik narasi kejayaan dan ekspansi wilayah, terdapat kisah-kisah gelap tentang pengkhianatan dan intrik politik. Ini mengingatkan kita bahwa sejarah tidak selalu hitam putih; bahkan dalam masa keemasan sebuah peradaban, terdapat sisi gelap yang turut membentuk jalannya sejarah[7].

Mahapati mungkin bukan nama yang sering disebut ketika membicarakan Majapahit, tetapi perannya dalam sejarah kerajaan ini signifikan. Ia menjadi simbol dari bahaya pengkhianatan dan ambisi pribadi yang dapat mengancam stabilitas sebuah kerajaan besar. Kisahnya mengajarkan bahwa kekuasaan, sebesar apa pun, selalu rentan terhadap ancaman dari dalam.

Dalam konteks yang lebih luas, kisah Mahapati juga relevan dengan dinamika politik modern. Ia mengingatkan kita bahwa di balik faade kekuasaan dan kejayaan, selalu ada potensi konflik dan pengkhianatan. Pemahaman akan kompleksitas ini penting untuk menafsirkan tidak hanya sejarah masa lalu, tetapi juga realitas politik kontemporer[8]. Demikianlah, dalam tapestri sejarah Majapahit yang kaya, kisah Mahapati menjadi benang gelap yang memberikan dimensi dan kedalaman. Ia mengingatkan kita bahwa sejarah, seperti halnya manusia, penuh dengan kontradiksi dan kompleksitas.

Referensi:

[1] Ricklefs, M.C. (2008). A History of Modern Indonesia Since c.1200. Palgrave Macmillan.
[2] Berg, C.C. (1927). De Middeljavaansche historische traditie. Santpoort.
[3] Hall, D.G.E. (1981). A History of South-East Asia. Macmillan Asian Histories Series.
[4] Munandar, Agus Aris (2008). Ibukota Majapahit, Masa Jaya dan Pencapaian. Komunitas Bambu.
[5] Kartodirdjo, Sartono (1990). Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900. Gramedia Pustaka Utama.
[6] Vlekke, Bernard H.M. (1943). Nusantara: A History of Indonesia. Harvard University Press.
[7] Reid, Anthony (1988). Southeast Asia in the Age of Commerce, 1450-1680. Yale University Press.
[8] Legge, J.D. (1964). Indonesia. Prentice-Hall.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun