Analisis Komparatif Zonasi Wilayah Laut dan Darat Indonesia: Implikasi terhadap Pengelolaan Sumber Daya Nasional.
Indonesia, sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, memiliki tantangan unik dalam mengelola sumber daya alamnya, baik di darat maupun di laut. Analisis komparatif zonasi wilayah laut dan darat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana negara ini mengalokasikan dan memanfaatkan sumber dayanya. Pemahaman ini penting untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dalam pengelolaan sumber daya nasional.
Komparasi Zonasi Laut & Darat.
Zonasi Wilayah Laut:
Berdasarkan estimasi, zonasi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi beberapa kategori utama. Perikanan tangkap menempati sekitar 35% dari total wilayah laut, menjadikannya salah satu sektor terpenting dalam pemanfaatan sumber daya kelautan. Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) dan perairan lepas mencakup proporsi terbesar, yaitu sekitar 45%. Ini menunjukkan besarnya potensi ekonomi dan strategis yang dimiliki Indonesia di wilayah maritim.
Wisata pantai, meskipun hanya mencakup sekitar 3% dari wilayah laut, memiliki nilai ekonomi yang signifikan. Sementara itu, zona konservasi laut yang mencakup 4% area menunjukkan komitmen Indonesia terhadap pelestarian ekosistem laut. Jalur pelayaran yang mencakup 7% area menegaskan peran penting Indonesia dalam jalur perdagangan maritim global. Sisanya, sekitar 6%, digunakan untuk berbagai keperluan lain termasuk eksplorasi minyak dan gas lepas pantai.
Zonasi Wilayah Darat:
Di sisi lain, zonasi wilayah darat Indonesia menunjukkan pola yang berbeda namun memiliki beberapa kesamaan konseptual. Pertanian, yang dapat dianggap sebagai padanan dari perikanan tangkap di laut, mencakup sekitar 30% wilayah daratan. Hutan, yang memiliki fungsi ekologis serupa dengan perairan lepas, mendominasi dengan 50% coverage. Ini menunjukkan pentingnya sektor kehutanan dalam konteks lingkungan dan ekonomi nasional.
Pemukiman dan industri, yang bersama-sama mencakup sekitar 20% wilayah daratan, tidak memiliki padanan langsung di zonasi laut. Hal ini mencerminkan perbedaan fundamental dalam pemanfaatan ruang antara darat dan laut. Zona wisata darat yang mencakup 3% area memiliki proporsi yang mirip dengan wisata pantai di zonasi laut, menunjukkan konsistensi dalam alokasi sumber daya untuk sektor pariwisata.
Implikasi dan Tantangan:
Perbandingan ini mengungkapkan beberapa implikasi penting untuk pengelolaan sumber daya nasional:
1. Keseimbangan Pemanfaatan dan Konservasi: Baik di darat maupun di laut, Indonesia menghadapi tantangan dalam menyeimbangkan pemanfaatan ekonomi dengan upaya konservasi. Proporsi area konservasi yang relatif kecil di kedua wilayah menunjukkan perlunya peningkatan upaya perlindungan lingkungan. 2. Potensi Ekonomi Maritim:Â Besarnya proporsi ZEE dan perairan lepas (45%) menunjukkan potensi besar ekonomi maritim yang belum sepenuhnya dimanfaatkan. Diperlukan strategi yang lebih agresif namun berkelanjutan untuk mengoptimalkan potensi ini. 3. Tekanan pada Wilayah Darat:Â Tingginya proporsi wilayah darat yang digunakan untuk pemukiman dan industri (20%) dibandingkan dengan laut menunjukkan tekanan yang lebih besar pada ekosistem darat. Ini menekankan pentingnya perencanaan tata ruang yang lebih efisien dan berkelanjutan. 4. Integrasi Pengelolaan Darat-Laut:Â Kesamaan proporsi beberapa zona (seperti wisata) antara darat dan laut menunjukkan perlunya pendekatan terpadu dalam pengelolaan sumber daya. Kebijakan yang mengintegrasikan pengelolaan wilayah pesisir, darat, dan laut menjadi semakin penting. 5. Diversifikasi Ekonomi: Dominasi sektor pertanian di darat dan perikanan di laut menunjukkan ketergantungan yang tinggi pada sektor primer. Diperlukan strategi diversifikasi ekonomi yang memanfaatkan potensi sektor sekunder dan tersier di kedua wilayah.