Mohon tunggu...
El Sabath
El Sabath Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

"Akar sosial adalah masyarakat dan kajemukan, dan "Fenomena Sosial Di dasarkan pada gambaran nilai normatif Individu, terhadap ruang interaktif relasi sosial, hal yang mendasar adalah sosial sebagai fenomena individu yang tidak terlepas dari sumberdaya, yang relatif dan filosofis, dan apakah ranah sosial adalah sesuatu yang sesuai makna filosofis, atau justru gambaran dari kehampaan semata, yang tidak dapat di ukur sikap atau ruang lingkup sosialkah, yang berarti suatu ilutrasi pamplet kekacauan revolusi massa, atau komunisme historis dalam sejarah pergerakan politik?"

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Dari Ekstradisi Pemilu Sampai, Dalil Fungsi Cawe-Cawe Dalam Lobi Ruang Tunggu Politik

4 Oktober 2024   23:06 Diperbarui: 4 Oktober 2024   23:06 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

1. Lobi internasional: Dalam kasus ekstradisi, lobi tidak hanya terjadi di tingkat domestik tetapi juga melibatkan aktor-aktor internasional.
2. "Cawe-cawe" lintas batas: Intervensi informal dapat melampaui batas-batas nasional, melibatkan jaringan transnasional.
3. Diplomasi bayangan: Upaya diplomatik informal sering berjalan paralel dengan saluran resmi, terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan kepentingan politik tingkat tinggi (Sukma, 2020).

Dinamika antara lobi, "cawe-cawe" politik, dan diplomasi mencerminkan kompleksitas lanskap politik Indonesia. Sementara praktik-praktik ini dapat memfasilitasi komunikasi dan resolusi konflik, mereka juga berpotensi menimbulkan masalah terkait transparansi, akuntabilitas, dan integritas proses demokratis. Dalam konteks ekstradisi dan pemindahan kekuasaan, interaksi antara ketiga elemen ini dapat memiliki implikasi signifikan terhadap hasil politik dan hukum, serta persepsi publik terhadap legitimasi proses-proses tersebut.

Referensi.


1. Aspinall, E., & Berenschot, W. (2019). Democracy for Sale: Elections, Clientelism, and the State in Indonesia. Cornell University Press.

2. Buehler, M. (2016). The Politics of Shari'a Law: Islamist Activists and the State in Democratizing Indonesia. Cambridge University Press.

3. Mietzner, M. (2015). Reinventing Asian Populism: Jokowi's Rise, Democracy, and Political Contestation in Indonesia. East-West Center.

4. Sukma, R. (2020). Indonesia's Foreign Policy and the Meaning of ASEAN. Pacific Affairs, 93(4), 727-747.

5. Wirajuda, H. (2018). Diplomasi: Teori dan Praktik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Referensi.

1. Asshiddiqie, J. (2015). Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta: Rajawali Pers.

2. Bassiouni, M. C. (2014). International Extradition: United States Law and Practice. Oxford University Press.

3. Hiariej, E. O. S. (2019). Prinsip-Prinsip Hukum Pidana. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun