Mohon tunggu...
Ahmad Wansa Al faiz
Ahmad Wansa Al faiz Mohon Tunggu... Lainnya - Pengamat Sosial Fenomena

Pengamat - Peneliti - Data Analis _ Sistem Data Management - Sistem Risk Management -The Goverment Interprestation Of Democrasy Publik Being.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dabo - Dabi: Di Lingga Singkep: Benih Rindu Dari Dalam Bumi. | Catatan, 18:50 WIB 20 September 2023

20 September 2023   19:37 Diperbarui: 21 September 2023   04:24 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

DABO - DABI : DI LINGGA SINGKEP: BENIH RINDU DARI DALAM BUMI. | Catatan, 18:50 Wib.  20 September 2023.


           Benih rindu ini; panorama Sinkep bak benih timah mengurai, bentuk-bentuk semata-mata simetris pada lekuk tubuhmu saja, rindu mungkin tiada kekal, cinta tiada abadi, berpaling kilau bagai cahaya yang menyilaukan.  Tapi, benih pertalian ya g mengikat rasa padamu. Serupa tuah sakti, yang mulumpuhkan amarah.

          Dabo, [pelow-lisanan para melayu dwipanatara] benih, dari habbah kisah di sumbulah, dari  Ahmad Ya! Habibi, yang termaktub suci dalam kitab. Padang pasir dan The Story of Arabian Night, serta kesatria hitam. Satria, kuda hitam, yang meruntuhkan tabir malam, menuju ufuk timur. Mungkin bernama, Timur Lenk. Dari dinasti Abasi. Pada dinasti sebelum Ottoman. Mungkin, Singkep, adalah sebuah celah dari sejarah. Ketika risalah mengutus khobar dari barat al-maghribiah. Sebuah benua bernama, Afrika, saat ini. Mengingatkan, pada seseorang budak berkulit hitam legam, yang mengumandangkan azan di atas bukit. Seorang, sahabat dari risalah terdahulu, dari peristiwa, kenabian Muhammad,  S.a.w.  Sebagai rahmat kepada,  semesta alam raya.

           Kepada, Bilal bin Ra'bah, nabi berkata, (besabda) "aku mendengar derit gesekan," suara terompahmu di surga, kata nabi."

        "Sungguh, terompah yang beruntung, gumanku dalam benak pikiran." tak berbeda dengan orang yang memakainya, pun beruntung.

            Sedang, aku harus bertaruh, nyawa untuk mendapat sedikit kebahagian itu, di dunia yang fana.

-----------------------

19:13 Wib. Waktu, Isya.

              Menatapmu, meski hanya dalam ingatan yang runtuh oleh waktu dari hari ke-hari. Dan, aku terdampar dalam samuderaku sendiri dalam samudera al-fatihah, ilahi, membumikan, cintaku. Benih, hidup yang tak seorang pun ingin, untuk menaungi hayatnya, dalam kasih sayang,  sehingga akal menjadi jumawa. Hendaknya,  isyarat aku kirimkan sebagai pesan, perpisahan padamu. Muara, tak hendak membawa hilir dari sebabmu padaku yang mengalir rendah pada bentang hamparan bumi tuhan.

           "Dan, jika kesedihan dan ratapan,  harus menjadi iman dalam hayat, aku tak mengapa, mengikhlaskan benih, rindu, cinta, harapan dan do'a, tulus, menjadi pupus menempuh jalanku ridho sendiri tuhanku." tak, menggapai bahagia." sebagai, takdirku padamu, demi keselamatan diri, yang hakiki.

            Sebab, cintaku tak memilih, susah,  dikandung tubuh derita dalam badan. Biar,  segala usai dari hidup yabg singkat di dunia ini.  - - memalingkan dosa, dari diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun