Kami pengguna KRL yang setiap hari berangkat ke kantor, ke pasar, ke sekolah, ke kampus, berpergian ke tempat keluarga, teman dan urusan keseharian lainnya. Kami merupakan kumpulan orang yang setiap harinya harus merasakan penuh sesak manusia di KRL yang melintasi Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok. Kami rela dan senang memilih KRL karena angkutan ini murah, lebih cepat jika dibandingkan kendaraan pribadi atau angkutan umum lainnya, angkutan ini ramah lingkungan, kami bisa saling berinteraksi dan bertegur sapa berbagai lapisan kelas dan strata sosial, suku dan bangsa. Pengguna KRL pun sudah ada dari manca negara yang sedang bertugas di negeri ini. Kami bangga punya warga dari bangsa lain. KRL menyatukan fikiran kami untuk berbagi dan merasakan satu perjalanan melintasi berbagai sudut kota.
Kami mencintai KRL, lihat lah setiap hari, KRL tidak pernah sepi dari sapaan kami, berlarian kami mengejar untuk tidak ketinggalan waktu, berebutan kami masuk agar bisa menarik napas setelah seharian beraktivitas, kami juga harus berkompetisi memperebutkan tempat duduk yang terbatas, karena sebagian dari kami adalah orang-orang sepuh, hamil, atau masih balita. Sebagian dari kami bahkan sudah belasan tahun menggunakan KRL. Ratusan ribu dari kami melakukan perjalanan setiap harinya. Bukan hanya kami, berbagai produk iklan pun sudah menghiasi KRL kami, ada berbagai produk mulai dari makanan hingga produk penghilang bau badan. Mungkin produk ini sadar, sebagian dari kami perlu diharumkan agar tidak mengganggu kenyamanan saudara kami yang lain.
Belakangan ini, kami sering sedih dengan kondisi KRL. Terjadi keterlambatan perjalanan KRL karena penuh sesaknya stasiun transit Manggarai, dan beberapa stasiun lainnya. Jumlah kereta tidak seimbang dengan jumlah kami, sehingga di pagi dan sore hari ketika akan berangkat dan pulang kerja kami harus berdesakan mirip seperti ikan pepes. Untunglah produk pengharum badan berhasil mewangikan sebagian dari kami, sehingga aroma yg tidak sedap menjadi lebih terbatas pada gerbong tertentu saja. Namun kami tetap menikmati perjalanan ini dan saling tegur sapa meskipun ada juga yang keluh kesah karena kakinya terinjak, atau sulitnya bernapas karena penuh sesaknya kami. Tak jaranng, sebagian dari kami mengalami pingsan dan harus kami beri pertolongan. KRL yang penuh sesak ini ada kalanya dihebohkan lagi dengan matinya pending in ruangan, sehingga sebagian dari kami berinisiatif membuka jendela. Ada yang bergurau, AC bukan singkatan dari Air Conditioning tetapi Angin Cendela.
Sebagian dari kami adalah orang-orang Muslim yang harus melaksanakan ibadah. Di saat waktu sholat magrib, bersamaan dengan waktu pulang kerja, acap kali kami sulit untuk melaksanakan ibadah ini, kami memilih sholat di stasiun, karena waktu sholat yang sempit. Namun banyak stasiun yang tidak mampu menampung kami untuk sholat, bahkan kami harus sholat di emperan dan gang-gang kecil stasiun yang sebenarnya kurang layak dan kurang nyaman untuk sholat.
Keterlambatan kereta hal yang lazim kami alami, kami hanya bisa pasrah dan berdoa agar hari ini tidak ada gangguan kereta sehingga kami bisa tepat waktu sampai di kantor dan bos kami tidak marah, atau gaji kami tidak dipotong atau kami dinilai kurang disipilin.
Kami punya harapan besar, agar KRL kami diurus dengan baik, ditambah peron, gerbong dan dipercepat pembangunan stasiun, dibuat senyaman mungkin agar kami bisa melakukan hal yang positif, diperbaiki tempat ibadah di masing masing stasiun. Kami bersedia memberikan saran dan berbagai usulan cerdas untuk membuat KRL menjadi lebih indah, profesional dan moderen.
Saya, sebagian dari kami, pecinta KRL
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H