Mohon tunggu...
Ahmad Adriansyah Batubara
Ahmad Adriansyah Batubara Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, besar di Depok. \r\n\r\nPernah kerja sebagai insinyur dan production Supervisor di pabrik, sales laptop, dosen di UI dan UAI, konsultan di beberapa lembaga konsultan, dagang di pasar, manajer grup musik dan pernah bekerja di Bank. Konsultan bisnis dan persiapan pensiun\r\n\r\nPendidikan SD4depok, SMP2Depok, SMU38Jkt, S1MesinUI, S2PsikologiUI dan S3 Manajemen Stratejik UI.\r\n\r\nSaya berminat belajar semua bidang ilmu... mudah-mudahan bisa dapat banyak dari kompasiana. \r\nBtw awalnya ikut Kompasiana karena ikut-ikutan istri dan terinspirasi buku CROY pak Chappy Hakim.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gerakan Cinta Rupiah 2013 - Bukti Cinta yang Sesungguhnya

29 November 2013   09:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:32 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nggak banyak yang sadar kalau BI rate sudah naik banyak dalam waktu yang sangat singkat.  Kenaikan sebesar 1,75 % (atau naik 30% dalam 5 bulan!), jelas SESUATU yang perlu diperhatikan.

faktor penyebab BI rate banyak sekali, apalagi jika kita melihat dari akar masalahnya.

Tau nggak, dihilir permasahan ini adalah kesalahan kita semua!  terutama karena kita tidak mampu memilih pemimpin dan wakil kita di DPR.   panjang jika ingin diuraikan satu persatu, tapi intinya BI rate terpaksa naik, karena situasi moneter saat ini tidak ramah, USD sudah di kisaran 12 ribu, dan prediksi saya masih berpotensi naik lagi. Defisit anggaran besar, defisit perdagangan juga besar, pertumbuhan ekonomi banyak ditopang konsumsi bukan produksi.   Artinya pemerintah dan kebijakan masil gagal menata ekonomi negri.  Tapi saya tidak menyalahkan pemerintahan dan DPR saat ini saja, karena menurut saya sejak jaman orbalah semua kekacauan ini dimulai.  (baca bukunya "economic hitman dari John Perkin untuk membuka mata).   Saya tidak memilih SBY, tapi beberapa kebijakan beliau maupun mentrinya, menurut saya adalah usaha untuk perbaikan negri.

Dampak dari kenaikan BI rate juga banyak sekali, dan di hilirnya adalah rakyat susah, mudah-mudahan tidak sampai ganti rezim.  Menurut saya lebih besar cost nya daripada benefitnya.

Dampak yang paling langsung adalah, kenaikan angsuran kredit.  Bagi rekan-rekan yang punya hutang dengan bunga floating siap-siap naik cicilan hutangnya.  Jika Anda punya cash, lunasi sebagian pokok hutang anda.  Kalau perlu pinjam ke saudara.  Selanjutnya akan terjadi perlambatan ekonomi, terutama sektor riil.   Angka pengangguran berpotensi meningkat, akibatnya angka kejahatan juga bisa meningkat, dan pada akhirnya kita semua susah.

Tapi yang paling penting saat ini bukan menghabiskan energi bicara dalam tataran konsep, yang paling penting adalah bertindak.

MANIFESTASIKAN cinta kita terhadap negeri dengan melakukan beberapa hal (nasihat ini saya tujukan untuk diri saya sendiri juga):


  • Jika tidak ada kebutuhan USD, dan saat ini punya valas, JUAL!  mungkin kita kehilangan opportunity dapat nilai tukar yang lebih baik, tapi kalau niat kita berbuat sesuatu untuk bangsa, Insya Allah, akan diganti dengan rejeki yang lebih baik.   Jangan lihat jumlahnya, sekecil apapun bermanfaat.  Saya pribadi ada USD sangat sedikit, sisa perjalanan ke Vietnam 2 tahun lalu, tadinya disimpan karena ada rencana mau keluar lagi. Saya akan tukar ke rupiah hari ini.
  • Jangan ikut-ikutan beli USD jika tidak ada kebutuhan riil.  jangan beli USD untuk dapat gain, bahkan kalaupun alasan anda untuk lindung nilai aset!   saya bukan ahli agama, tapi rupiah karena keringatan lebih "halal" dari rupiah karena "wind fall".  Insya Allah saya tidak beli USD, kebetulan rupiahnya juga lagi tight :)
  • Mohon para eksportir sebanyak mungkin meningkatkan volume ekspornya.  tapi mohon USDnya jangan diparkir di luar negri.  Indonesia ladang Anda, nggak etis kan, kalau ladang sedang kering ada tidak membantu meneteskan air di ladang tersebut.  Sayangnya saya belum mampu jadi eksportir.
  • Prioritas belanja barang produksi dalam negri (kecuali tidak ada barang kompelemen).  Caranya banyak... Lebih banyak makan sayuran, ikan, ayam, telur dan kurangi makan daging sapi, tahu-tempe.   Tunda dulu beli smartphone importnya, kurangi pemakaian bensin dengan naik motor, kereta dan kendaraan umum lainnya.    Kalau produk lokal, silakan berboros-boros ria....  Kalau susah, pelan-pelan saja Dri....


Buat saya kepahlawanan saat ini,  bisa dilihat dari seberapa mau kita berkorban untuk negri, demi kepentingan bersama.

Bagaimana dengan sahabat-sahabat semua?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun