Mohon tunggu...
Ahmad Adriansyah Batubara
Ahmad Adriansyah Batubara Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, besar di Depok. \r\n\r\nPernah kerja sebagai insinyur dan production Supervisor di pabrik, sales laptop, dosen di UI dan UAI, konsultan di beberapa lembaga konsultan, dagang di pasar, manajer grup musik dan pernah bekerja di Bank. Konsultan bisnis dan persiapan pensiun\r\n\r\nPendidikan SD4depok, SMP2Depok, SMU38Jkt, S1MesinUI, S2PsikologiUI dan S3 Manajemen Stratejik UI.\r\n\r\nSaya berminat belajar semua bidang ilmu... mudah-mudahan bisa dapat banyak dari kompasiana. \r\nBtw awalnya ikut Kompasiana karena ikut-ikutan istri dan terinspirasi buku CROY pak Chappy Hakim.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Satunya Suara Lebih Penting daripada Berlimpahnya Kompetensi

18 Februari 2011   04:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:30 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau tau kenapa Real Madrid, Chelsea, Manchester City, nggak berprestasi?

Padahal mereka berlimpah kompetensi...

Mau tau kenapa China yang membengarus Agama dan Iran yang memberangus Demokrasi menjadi negara yang kuat?

Padahal agama sangat mulia dan demokrasi adalah sistem yang baik...

jawabannya adalah karena Satunya suara lebih penting daripada berlimpahnya kompetensi

Nah ini yang jadi masalah di negeri tercinta ini, saya pribadi tidak memilih SBY, tapi ketika SBY jadi presiden, harus kita dukung sepenuh hati dong. kalau Beliau salah, kita kritik, tapi kritik dengan berlandaskan cinta, bukan benci, kritiknya mungkin sama, tapi ras dan efeknya jelas berbeda.

Bukankah kita yang memilih sistem demokrasi, dan rakyat yang memilih SBY. Konsukwen dong dengan pilihan kita... marilah kita sama-sama bertanggung jawab dengan pilihan yang kita ambil bersama.  secara pribadi, sebenarnya saya lebih memilih sistem aristokrasi dibanding demokrasi.

Eropa menyadari pentingnya menyatukan  suara, makanya mereka "ikhlas" menjadi Uni Eropa. Perbedaan diantara mereka besar lho, potensi dan sejarah konflik juga besar, tapi semua dikalahkan demi menyatunya suara.

Saya pernah mengusulkan agar kita bergabung dengan Malaysia dan Brunei, baik merger sebagai satu negara, maupun melalui kerjasama strategis... Tapi sebelum itu, kita harus belajar menyatukan suara di level internal Indonesia

Bagaimana menurut Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun