Mohon tunggu...
Ahmad Adriansyah Batubara
Ahmad Adriansyah Batubara Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, besar di Depok. \r\n\r\nPernah kerja sebagai insinyur dan production Supervisor di pabrik, sales laptop, dosen di UI dan UAI, konsultan di beberapa lembaga konsultan, dagang di pasar, manajer grup musik dan pernah bekerja di Bank. Konsultan bisnis dan persiapan pensiun\r\n\r\nPendidikan SD4depok, SMP2Depok, SMU38Jkt, S1MesinUI, S2PsikologiUI dan S3 Manajemen Stratejik UI.\r\n\r\nSaya berminat belajar semua bidang ilmu... mudah-mudahan bisa dapat banyak dari kompasiana. \r\nBtw awalnya ikut Kompasiana karena ikut-ikutan istri dan terinspirasi buku CROY pak Chappy Hakim.

Selanjutnya

Tutup

Money

Lebih Cocok, bukan Lebih Baik... Inti Manajemen Stratejik

7 Februari 2011   07:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:49 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perdebatan para CEO atau ahli manajemen stratejik mengenai mana strategi yang paling baik tidak akan berakhir, mengapa? karena memang tidak ada single/generic strategy yang pasti menang di semua situasi.

Ketika kita memiliki sumber daya, akan dialokasikan kemana?


  1. Melemahkan pesaing?
  2. Menguatkan benteng entry barrier?
  3. Memperkuat resource yang dimiliki?
  4. Mencari peluang-peluang baru, melalui continous improvement, melalui learning?


Ahli yang percaya game theory akan memilih no 1, no 2 oleh ahli Industrial Organization, no 3 oleh Resource Based Teory dan no 4 oleh ahli dynamic capability. Jadi mana yang lebih baik?

Perusahaan-perusahaan sukses di dunia pilih yang mana?

Apakah perusahaan yang agresif berinovasi pasti selalu sukses (strategi first entry)? jangan-jangan lebih baik menunggu orang lain menampilkan inovasi, nanti kita tinggal meniru dan memperbaiki kelemahannya (strategi second ut better).  Di Indonesia inovasi ATM pertama kali dibuat oleh Bank NIaga, namun BCA lah yang tampaknya lebih berhasil menjadikan ATM sebagai keunggulannya. Pasta gigi pertama adalah Odol, tapi pepsodent lah yang lebih berjaya, supermi lebih dahulu dari Indomie, tapi belakangan brand supermi dibeli oleh produsen indomie...

Jadi bagaimana? harus melakukan inovasi atau menunggu dan melakukan ATM (Amati, Tiru, Modifikasi)?

Jawabannya akan sangat beragam, hasil-hasil penelitian akan saling "berbalas pantun", tapi menurut saya, pada akhirnya, semua bisa benar di kondisi tententu, sehingga semuanya bisa jadi baik, sekaligus bisa jadi jelek.

Sehingga yang ada Lebih Cocok bukan lebih baik!

Nah untuk menilai mana yang lebih cocok dengan perusahaan kita inilah yang menjadi isu stratejik berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun