Mohon tunggu...
Ahmad Adriansyah Batubara
Ahmad Adriansyah Batubara Mohon Tunggu... -

Lahir di Jakarta, besar di Depok. \r\n\r\nPernah kerja sebagai insinyur dan production Supervisor di pabrik, sales laptop, dosen di UI dan UAI, konsultan di beberapa lembaga konsultan, dagang di pasar, manajer grup musik dan pernah bekerja di Bank. Konsultan bisnis dan persiapan pensiun\r\n\r\nPendidikan SD4depok, SMP2Depok, SMU38Jkt, S1MesinUI, S2PsikologiUI dan S3 Manajemen Stratejik UI.\r\n\r\nSaya berminat belajar semua bidang ilmu... mudah-mudahan bisa dapat banyak dari kompasiana. \r\nBtw awalnya ikut Kompasiana karena ikut-ikutan istri dan terinspirasi buku CROY pak Chappy Hakim.

Selanjutnya

Tutup

Money

Malaysia Lebih untuk Dijadikan Teman Daripada Lawan

19 Januari 2011   08:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:24 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Ide awal tulisan ini adalah coopetition dari Adam B di buku Co-opetition.

Dalam dunia strategi, penting sekali untuk mendefinisikan mana kawan mana lawan.  perubahan sudut pandang lawan menjadi kawan bisa menjadi keunggulan yang berarti. Sejarah membuktikan, lawan paling berat pun dapat berubah menjadi kawan paling erat. Ini terjadi dalam peperangan yang sesungguhnya, maupun dalam peperangan dunia bisnis.

Masih ingat kasus Indian di Amerika, dahulu berperang, namun dalam perang dunia II, kompak berjuang bersama. Amerika Jepang juga demikian, dulu berperang, sekarang parner yang erat.

Dalam dunia bisnis juga sering terjadi seperti itu, ketika pasar Amerika hanya menjadi milik Amerika, para pengusaha lokal saling serang. Tapi ketika Amerika diserang kekuatan ekonomi baru dari Asia, mereka langsung melupakan permusuhan dan bersinergi melawan bersama.

Negara-negara Eropa yang dahulu saling berperang, sudah lama menyadari hal ini. Awal tahun 1990-an  mereka bergabung, melupakan perbedaan yang prinsipsil, karena jika tidak Eropa akan hancur bersama-sama. Skala ekonomi mereka terlalu kecil jika tidak bergabung.

Bagaimana dengan Indonesia? Adanya Aliansi ASEAN sebenarnya merupakan potensi keunggulan. Skala pasar jelas meningkat, negara-negara peserta juga akan menikmati benefit karena pertukaran kapabilitas dan sumber daya.

Namun, hal ini tidak mudah. Selain karena aliansi membutuhkan "kebesaran jiwa" dan visi yang panjang, para lawan-lawan ASEAN tentu akan berusaha untuk menggagalkan aliansi ini. Mereka berkepentingan agar bisnis mereka tetap berjalan baik.  Wajar saja, melemahkan kekuatan musuh adalah salah satu strategi memenangkan persaingan.

Sesama negara di ASEAN kita tetap bersaing, tapi disaat yang sama kita bekerja sama, itulah inti Co-opetition.

Pe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun