Dia tak bisa menenggelamkan budinya yang dermawan dan parasnya yang bercahaya.
Bukan salah bunda mengandung , bukan salah pula sang Tumenggung.
Segenap selir jatuh hati oleh kebaikan budi dan ketampanan yang hakiki.
Mereka tak sadar hal ini membuat ngeri pada akhirnya nanti.
Tetapi perasaan memang tak sanggup dihindari, mesikpun sang Tumenggung tetaplah beriman abadi.
Hingga suatu hari, sang raja berburu kijang , memanahnya,namun belum mati.
Untuk bisa dimakan sesuai ajaran yang bersih maka sebelum kijang mati disembelihlah kijang untuk dihidangkan.
Namun malang bagi sang Tumenggun, sang raja tak berkenan dan mencari jalan balas dendam.
Ditangkaplah ia dan diperdayai dalam kelemahan, hingga darah tak berhenti mengalir dari luka itu.
Terjadilah perang besar dan dilawanlah sang raja lalim. Sekembali perang para prajurit melihat sang Tumenggung.
Semakin lemah tak berdaya , habis tenaga dan darah oleh penganiayaan.