Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ingin Cerai? Ini 3 Hal Besar yang Harus Dipikir Ulang

28 Agustus 2020   22:16 Diperbarui: 3 September 2020   20:07 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dua hari yang lalu saya melihat dan mendengar berita tentang maraknya pasutri yang menggugat cerai pasanganya. Kebanyakan adalah karena kondisi ekonomi, sebagian selingkuh dan sebagian yang lain karena sudah tidak harmonis cukup lama.

Data gugat cerai di masa pandemi ini semakin meningkat seiring meningkatnya pernikahan usia dini  Demikian salah satu bunyi berita di beberapa stasiun TV dan juga media sosial serta media cetak. Tidak ada riset yang pasti kenapa tren ini terjadi, tetapi marilah kita tengok sebentar alasan dan penyebabnya.

Cerai menjadi sebuah kata yang sangat membahayakan bila diucapkan oleh seorang laki-laki kepada pasangannya. Menurut salah satu agama ucapan seorang suami itu sudah menjadi talak satu bagi istrinya. Maka dari itu hati-hatilah para bapak dan calon bapak. Orang bilang " Idu geni", apa yang diucap menjadi hukum untuk dilakukan. 

Begitu dahysatnya dampak perceraian bagi pasutri maupun anak-anaknya tampaknya perlu dikaji ulang trend ini. Banyak latar belakang mengapa seorang istri atau suami ingin berpisah dari pasangannya.

Kondisi ekonomi yang semakin tak jelas, pandemi berkepanjangan, kesehatan pasangan yang tak kunjung membaik, perselingkuhan, mis komunikasi yang berkepanjangan, tidak mempunyai keturunan, perbedaan keyakinan yang tak bisa disiasati, perbedaan usia yang tak bisa djembatani, pengangguran/ PHK adalah beberapa penyebabnya.

Penyebab itu tidak untuk dibesarkan atau dicari kambing hitamnya tetapi perlu dicari solusinya. Kata bu Tejo, " Jadi orang itu yang solutif gitu lo !".Wah saya jadi ikut latah kekinian. Tak apalah yang penting masuk konteks. Kembali ke masalah perceraian.

Tingkat kedewasaan pasangan dalam berfikir juga menjadi penyebab lain. Banyak pasangan yang sudah berumur biologis tua tetapi tingkat kedewasaanya masih dalam proses . Hal ini membutuhkan pasangan yang mampu untuk " momong" dan memberi sudut pandang yang " jauh lebih dewasa dan lebih luas serta lebih baik". Tentu saja pengalaman kehidupan sangat menentukan keberhasilan ini.

Sesungguhnnya pengalaman itu tak boleh dianggap hanya dari apa yang dialami tetapi kebiasaa sharing dengan orang yang dapat dipercaya pun akab meningkatkan prosentase kedewasaan berfikir . Orang bilang, kalau kamu ingin lihat karakter seseorang lihatlah sahabat dekatnya.Ini artinya kia butuh memilih teman yang solutif dan produktif bukan yang konsumtif apalagi destruktif.

Tiga hal besar yang harus dipikir ulang sebelum cerai adalah sebagai berikut: 

1.Kelanjutan Ekonomi Keluarga

Pasangan yang akan bercerai perlu melihat tindak lanjut apabila perceraian terjadi. Siapa yang akan menanggung biaya hidupnya dan juga keberlangsungan ekonominya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun