Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kupanggil Kau, Cinta

25 November 2019   20:30 Diperbarui: 25 November 2019   20:37 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejenak ku  menoleh, tinggalkan hari berganti. Sore ini seperti kemarin. Panas menaungi pipi.  Tak hendak aku menepi. Aku, gadis desa, sederhana, rambutku panjang menutupi mata. Hari cepat berlalu saat ku bertemu denganmu, paman berwajah sendu.

Pernah kutanya kenapa kau tak bekerja kantoran saja ? Tampangmu lumayan untuk hidangan pesona di jalan. Tanganmu melayani pembeli secepat kilat menyambar. Kadang aku ingin tahu, sudah berapa lama aku langganan tape ketan, daganganmu.

Hari ini kau duduk mematung. Menghitung untung. Dalam imagi atau mungkin dalam hati. Panas kembalikan kesadaranku untuk segera berlalu, pulang ke pangkuan bundaku. Aku masih ingat cerita terakhirmu sebelum kutemukan kau tak lagi seperti dulu.

Jadilah perempuan yang tak lumer oleh harta dan cinta. Tak mudah goyah oleh rasa kasmaran yang 'gumregah". Kau akan tahu, lelaki hanya butuh wanita baik hati. Yang memberinya percaya dan sekedar tempat berbagi. Dia tak butuh bedak dan bibir bergincu, tebal membelenggu.Dia juga tak butuh bajumu yang seksi atau kilatan mata menggoda hati.

Berlabuh, aku ingin berhenti dan menikmati tape yang kuminum dengan cendol dan santan kental setiap jelang sore.  Mungkin terlalu mengandung lemak atau gukosa tinggi. Tapi tak apa asal aku bisa nikmati kisah cintamu yang kau bagi ke pembeli. Kami sadar, hanya mendengar tapi tak pernah tahu apakah itu benar. 

Sore ini kau hilang, tak ada jejak yang bisa ku kenang. Perempuan itu telah membawa hatimu. Mengajakmu segera menikah karena usia yang tak tahan sendiri. Kamu mengiyakan walau aku tak tahu, apakah kau memanggilnya dengan nama cinta? Aku hanya tengadahkan tangan, mendoa, semoga kau bahagia.

Aku, gadis desa , rambutku menutup mata. Berjalan tegar dengan semua kata-kata. Akan kupanggil kau, cinta. Saat kutemukan apa yang kupinta.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun