Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Aku dan Kepala Sekolah Itu

29 Maret 2019   17:17 Diperbarui: 29 Maret 2019   17:23 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku ingin kerja nyaman dan aman. Menikmati hidup dengan segala yang bisa aku lakukan". Itu salah satu kalimat dari seorang kepala sekolah yang aku temui hari ini. Berperawakan tinggi besar, santun berbicara dan lembut dalam tutur kata.

Semula aku menduga tak banyak tertarik aku dengan diksi yang dia keluarkan dalam ucapannya. Tetapi semakin dia banyak bercerita semakin aku tahu alasan dibalik semua tindakan dan sudut pandangnya terhadap sesuatu. 

Bagi orang kebanyakan dia mungkin tipe yang kurang energik dan cenderung lemah tetapi dibalik semua tindakannya tersimpan banyak filosofi kehidupan. Ternyata benar. Dia senang sekali membaca buku tentang psikologi, manajemen, hukum dan juga lainnya. Sekali aku berkomentar tentang bagaimana membangun karakter anak-anak di sekolah dia memberikan masukan yang sangat banyak.

Diibaratkan seorang anak itu hidup di tiga alam yang berbeda. Alam sekolah, alam keluarga dan alam masyarakat. Ketiga alam itu harus bersinergi memberikan kondusifitas bagi perkembangan karakter seorang anak didik.

Tidak cukup hanya sekolah saja yang bertanggung jawab selama 8 jam belajar. Peranan orang tua sangat menentukan baik dan buruknya di keluarga. Contoh yang baik, nasehat dan anjuran untuk memonitor perilaku anak sangat berpengaruh terhadap hasil akhir dalam character building.

Orang tua yang acuh cuek , tak punya waktu dan tak peduli terhadap perkembangan anak-anaknya ibarat sebuah keluarga yang sakit. Sekumpulan keluarga yang sakit akan menjadi bangsa yang sakit. Bangsa yang sakit akan melahirkan generasi muda yang sakit. Sakit ini terimanifestasi dalam perilakua yang anomali. Bisa deviasi dalam pemahaman karakter baik , bisa juga pelanggaran sosial dan susila.

Peran negara sangat penting bagi sembuhnya para keluarga yang sakit. Tidak cuma sekolah yang disentuh oleh pemerintah lewat kurikulum dan peningkatan Sumber Daya Manusia. Justru keluarga perlu diberi kesadaran tentang perlunya Character Building.

Kemudian saya pun mulai bertanya tentang bagaimana peranan kita dalam kondisi yang nyaris tak terkendali ini .Dia pun memberikan saran perlunya riset terhadap karakter pelayanan para guru untuk muridnya, pelayanan para dosen untuk mahasiswanya. Excellent Service menjadi landasan utama dalam pelaksanaan pendidikan. Riset ini perlu ditindaklanjuti untuk perbaikan kinerja di semua lembaga pendidikan. Dengan kata lain soft skill layak dikedepankan baik di lingkungan pendidik mapun anak didik.

Dengan pengalaman kerjanya 18 tahun sebagai kepala sekolah banyak ilmu yang aku dapat tentang mengelola emosi, sekolah, masyarakat dan jabatan. Tampak sekali dia tidak ambisius dengan jabatan. Paling tidak aku tahu dia telah berusaha menjadi yang terbaik untuk institusinya walau ketika harus terpentok prosedur dia harus mundur teratur demi hal yang dianggap baik .

Beberapa saat sebelumnya saya juga bertemu dengan kepala sekolah yang sangat berlainan dengan sebelumnya. Usia dan karakter memang jauh berbeda. Yang satu ini masih tergolong muda , ambisius dan pandai bernegosiasi. Satu hal yang aku catat adalah kemampuan dia menaklukkan moment besar dan projek besar untuk sekolah tempat dia menjadi leader. Setiap orang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dari setumpuk kelebihan dia dalam bernegosiasi dia agak lemah dalam bidang kontrol program. Sisi ini masih bisa diantisipasi dengan mengerahkan anak buah yang siap mensupport apapun yang dikatakan.

Ada juga tipe yang mampu menseimbangkan antara kualitas manajemen pada guru dan kualitas pribadi. Tipe ini cenderung bergerak bersamaan antara target pada guru, siswa , sekolah dan juga pada dirinya sendiri. Sinergi ini menjadikan dia mampu menjaga ritme kerja walau dengan beban yang cukup banyak. Kontrolling terhadap target kompetensi para siswa sangat mendominasi kebijakannya sehingga terjadi balance antara pelayanan terhadap guru dan juga siswa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun