Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menagih Kelas Indah dan Nyaman

19 Maret 2019   15:18 Diperbarui: 19 Maret 2019   15:55 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku baru mulai membuka pagar sekolah ketika seorang guru datang. Aku datang lima menit sebelum pukul tujuh, hampir saja pagar itu tertutup untukku. Aku biasakan datang tidak terlambat karena bila iya maka dipastikan aku harus menyapu ruangan teras kelas atau membersihkan kaca. Sebetulnya aku tak bisa berkata banyak dengan sekolahku. Ada banyak hal yang tak bisa kuceritakan karena kelasku jauh dari yang aku bayangkan.

Sering aku dan teman-teman harus belajar di teras kelas, di teras sekolah, di kamar dengan ukuran  yang sangat sempit bahkan juga belajar di lorong kelas. Sekolahku memang sedang direnovasi. Aku mungkin bisa maklum tetapi bila itu dilakukan tiap hari rasanya aku harus menahan nafas berat. Pada saat di kelas pun udara panas sangat menyengat dari plafon yang bolong dan juga kabel yang bergelantungan. Kadang aku ngeri sendiri dengan apa yang terjadi dengan aku dan teman-temanku.

Permintaanku sebetulnya sederhana. Aku hanya ingin belajar di ruang standar dengan kelas yang bersih dan tertata rapi. Aku tak butuh AC hanya butuh ventilasi wajar yang layak untuk kami yang berjumlah 36 siswa. Guruku juga sering mengeluh karena kadang kami mendapat kelas yang agak gelap dan jauh dari udara yang cukup. Kadang kalau guruku sudah tak tahan maka kami diminta keluar kelas dan belajar di bawah pohon mangga di pojok lapangan.

Apakah permintaanku berlebihan sebagai seorang siswa? Aku ingin guruku mengajarku dengan nyaman dan aman. Tak khawatir ada kabel yang tiba-tiba menyambar kami dari atas. Tak takut dari atap yang tiba-tiba ambrol tanpa komando. Cukuplah bagi kami 36 pasang bangku dan meja yang layak untuk kami belajar. Tal butuh kami LCD karena kami pun bisa belajar dengan low tech learning, kata guruku suatu saat ketika kami bertanya tentang kelas yang nyaman tanpa IT yang terlalu ribet. 

Guruku suka sekali membawa alat peraga yang bersifat manual meskipun kelas kami tak ber LCD. Sering juga dia mengajar dengan games dan membuka mind set kami tentang kondisi saat ini. Motivasi yang diberikan membuat kami jadi lebih sadar tentang peran kami sebagai siswa. Ada beberapa guru yang memahami konsep mengajar dan mendidik. Ada juga yang acuh cuek tak memberi perubahan pola pikir di jaman 4.0 ini. Tak apa ,namanya juga orang banyak pasti juga berbeda. Aku maklumi mereka.

Ibu guru dan bapak guruku sering memberi kami makna menjadi manusia yang berguna dan tetap semangat dengan kondisi kami saat ini. Suatu saat bila sekolah sudah selesai dibangun pastilah akan lebih indah dan nyaman untuk belajar. Kami sangat terhibur dengan pernyataan mereka.Walaupun sebenarnya kami pun tahu bahwa mereka juga mengeluhkan hal yang sama. Mereka tetap tersenyum untuk kami. I love you , guruku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun