Duduk sendiri, kau datangi aku. Bercerita indahnya perjumpaanmu. Kudengarkan tanpa ada keinginan jedakan cerita. Biar kamu puas jelaskan masa.
Aku tahu begitu banyak hal terjadi dalam hidupmu. Merah, jingga, ungu dan kelabu menjadi warna hidupmu. Beragam  cara kau cari dengan segala cerdik dan merelakan waktu sendiri.
Kalau kau tak mampu mestinya kamu sudahi. Ada secangkir kopi yang siap untuk kau seduh. Dalam campuran gula, creamer atau madu. Tapi kau terus berjalan tanpa henti.
Aku minta satu saja, dengarkan aku satu kalimat. Tak usah semua kau rasa. Tapi kau tak pernah hiraukanku. Aku hanya jadi pendengar setiamu.
Jadikan aku temanmu karena aku punya satu. Tujuan menarikmu dari lembah mu yang penuh lebah. Sengatannya bisa buatmu bengkak tanpa masa.
Tapi kau tak mau aku pengaruhi kamu. Maka kubiarkan engkau pun berlalu. Biarlah hanya dari jauh aku melihatmu. Tetap dalam doa aku panjatkan. Biarkan aku melihatmu dalam diam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H