Dina, gadis manis berusia 17 tahunan dan masih duduk di kelas XII SMA itu duduk di teras rumah. Berdinding bambu beralas tanah namun cukup damai ditempati oleh seorang anak dan emaknya yang mulai memasuki masa tua. Mak Tua , kami biasa memanggilnya, sedang mempersiapkan telur asin untuk minggu depan. Telur asin itu dibuat dari telur bebek yang dicampur beragam adonan seperti tumbukan bata merah, abu , garam dan air. Dibuat menggumpal dan di dalamnya diberi telur bebek. Butuh waktu 4 hari untuk telur asin biasa dan 7 hari untuk super asin. Dina membantu mak Tua membuatnya.
Sudah tiga kilo yang mereka persiapkan untuk segera disimpan di belakang rumah.Dina harus membagi waktu antara membantu mak Tua dengan tugas sekolahnya. Meskipun sudah kelas tiga dia masih bisa menyisihkan waktu untuk membantu keluarganya. Setiap pagi dia membawa telur asin yang sudah direbus itu ke berbagai warung. Satu hari bisa menjual dua sampai tiga kilo. Lumayan untuk kehidupan mereka sehari-hari.Â
Satu hal yang selalu Dina ingat dari keluarganya adalah tentang sifat jujur. Di zaman seperti sekarang ini sifat jujur itu sangatlah langka. Banyak orang yang melakukan kebohongan kecil yang kemudian menjadi kebiasaan dan berakhir , menjadi kebohongan besar. Mak Tua selalu berpesan tiga hal sebelum Dina pergi atau berangkat sekolah.
" Jangan lupa sholawat , jaga sholat dan juga jujur", kata mak Tua sambil mencium Dina sebelum berangkat ke sekolah.
" Ya, Mak. Dian akan selalu lakukan itu semua ", Dina berangkat sambil membawa dua kilo telur asin ke sekolahnya. Kantin sekolahnya selalu pesan telur asin. Dua kilo itu bisa terjual selama dua sampai tiga hari berjalan.
" Mbak Dina, ada pesenan dari salah satu bu Guru . Beliau mau ada arisan. jadi besok kami dibawakan telur empat kilo ya ? " , kata bu Sammy, pemilik kantin sekolah.
Angin siang itu seolah menjadi sejuk di kulit Dina. Hatinya gembira dan turut bersyukur mendapat pesanan yang banyak. Dia berjalan sambil bernyanyi riang.
" Kamu , Dina ya ?", tanya seorang laki-laki paruh baya yang baru saja keluar dari mobil.
Dina mengangguk dan tersenyum sambil bertanya , " Bapak siapa ? Ada yang bisa saya bantu, pak ?"
" Saya Pak Bonny. Dulu waktu saya SMA saya sering dibantu ibumu ", kata pak Bonny sambil mengulurkan tangan untuk berkenalan.
" Memang mak Tua membantu bapak apa ?", tanya Dina .