Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melukis Langit (Bagian 1)

3 Oktober 2018   07:59 Diperbarui: 3 Oktober 2018   15:18 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Apung by detik.com

Kampung itu masih porak poranda. Gempa semalam menyisakan kerusakan yang tak terhingga parahnya. Mayat -mayat masih bergelimpangan dimana-mana. Tak terkecuali keluarga kecil yang sedang ditinggal mati oleh ayahnya. Tinggalah seorang anak dan dua kakaknya serta ibu yang sudah mulai tua renta. 

Kematian ayahnya pada waktu bencana terjadi menyisakan kesedihan yang teramat mendalam juga kepedihan dan keprihatinan. Betapa tidak almarhum satu-satunya penopang hidup keluarga. Bila pak tua meninggal maka siapakah yang akan mencari rejeki buat keluarga kecil ini?Pertanyaan ini terus menghantui mak tua selepas seminggu pemakaman suaminya. Pak tua adalah sosok ayah yang pekerja keras dan tak kenal waktu dalam mencari rejeki untuk anak dan istrinya. Sewaktu pagi menjadi buruh serabutan. Kadang menjadi tukang panggul, tukang bersih-bersih, tukang cat, tukang pipa, tukang listrik dan sebagaianya. Keahliannya diperoleh ketika pak tua lulus SMK dan berusaha magang di beberapa tempat . Hal ini memungkinkan dia mempunyai beragam keterampilan sebagai laki-laki. 

Untuk menjadi laki-laki memang harus mempunyai kelebihan dan itu sudah mulai ditanamkan kepada anak-anaknya. Bintang  dan Bulan adalah anak-anak yang pandai di kelas. Meskipun di rumah mereka mempunyai jam belajar yang terbatas. Hanya jam 7 sampai jam 10 malam mereka belajar. 

Di pagi hari mereka membantu mak tua membuat gorengan untuk di bawa ke sekolah. Di sore hari setelah menyempatkan mengaji mereka ikut membantu tukang laundry di sebelah rumah. Penghasilan mereka tidaklah besar . Mereka senang karena bisa membantu membayarkan uang sekolah. 

Meskipun mereka miskin mereka tidak mau sekolah gratis. Walau hanya menyumbang RP.50.000 per bulan mereka masih bisa berpartisipasi untuk sekolahnya. Bintang dan Bulan seringkali mencoba peruntungan lain dengan menjadi pekerja paruh waktu di sebuah restoran pada hari libur. Kadang hari Sabtu atau Minggu mereka berada di Car Free Day untuk menjadi waiter dan waitress di sebuah restoran yang lumayan di kotanya.

Adapun Lintang adalah anak terkecil dari keluarga ini. Lintang berusia 5 tahun ketika pak tua tertimpa bencana dan meninggal. Dia masih bisa mengiant pak tua yang senang sekali mengelus rambutnya sambil menyisirinya dan memberi bedak talc selepas mandi. 

Lintang selalu menantikan pak tua bercerita kegiatannya sehari-hari dengan beragam profesi. Ada saatnya mereka tergelak oleh cerita lucu pak tua yang sering tertawa sambil kelihatan giginya yang sedikit ompong. Lintang akan terkekeh sambil mengelus janggut pak tua ( Bersambung )

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun