Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Siapakah Engkau dan di Mana Dia?

19 September 2018   18:00 Diperbarui: 19 September 2018   18:04 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap jengkal langkah, tak sengaja ingat. Bahwa ada engkau jauh di seberang. Langkahku tak kan sanggup ku ayunkan.Menatapmu dalam bening langit menjelang pagi dan saat jelang senja.

Setiap deru nafas, tak sengaja ingat. Bahwa mendoa untukmu adalah salah satu keindahan. Karena doa yang makbul akan sirri, tersembunyi dari pemberitahuan.

Setiap kedip mata, tak sengaja melihat. Bahwa tak berbayang adalah keabadianmu. Menatap jauh tanpa pernah tahu kapan akan bertemu. Indah dalam penantian. 

Setiap penghujung malam, sengaja memanggil namamu. Sekedar mengingat bahwa ada kita yang hanya berkata tanpa suara. Mendengar tanpa sahutan .Mendamba bahwa akan tersampaikan.

Malam ini, ketika embun jadi beku di pucuk gunung. Daun terbungkus es dan batang menjadi kaku tak bergerak. Lebur oleh dinginnya udara malam. Gambarmu sedang membayang . Dalam bingkai keabadian senyap dan kuas senja di buai malam tak terbatas. Saat semua orang sedang menikmati puncak dingin sepanjang masa. Saat bumi mendapatkan posisi terjauh dari matahari. Maka saat itu pula kurangkai inginku sekedar bersua, walau tak ada rupa. Hanya kata yang terangkai di alam fatamorgana

Sangat sibukkah engkau, sampai tak ada sapa dan sekedar memberi salam. Lupakah engkau saat setiap saat harus kudengarkan segala keluh kesahmu? Membingkai hampir tiap saat waktuku? Tak mau ada alasanku bahwa akupun butuh waktuku sendiri ? Tak beri aku waktu untuk sekedar bernafas dan membingkai tugas harianku.

Jangan biarkan lalu angin lambaikan salam perpisahan. Karena aku tahu kamu butuh semua tempat untuk bersandar. Walau hanya sekedar dua lembar telinga dan seutuh piring kosong penumpah rasa. Jangan tanggalkan semua keinginan saat kecewamu terbangkit oleh dia yang tak juga mengerti kemana angin berhembus.

Setiap masa ada orangnya. Setiap orang ada masanya. Dan kau tak pernah tahu dengan siapa engkau akan bersama. Jadi biarkan pertimbanganmu bicara dengan rasa dan hati , bukan dengan otak dan materi. Karena aku tahu, kamu tak butuh semua itu. Kamu hanya perlu dia yang sanggup berada di sampingmu kapanpun kau perlu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun