Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Membunuh Waktu, Menunggu Usia Tua

27 Juni 2018   15:03 Diperbarui: 27 Juni 2018   15:31 636
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memasuki usia tua adalah hal yang alami. Semua orang akan mendapatkan masa itu. Masa ketika kewajiban terhadap anak mulai berkurang. Masa ketika hak-hak Allah sebagai Tuhan semesta alam harus disegerakan.Namun tidak semua orang bisa melewati masa itu dengan baik dan menyenangkan. Ada beberapa kasus yang saya amati terjadi di sekitar tempat tinggal dan tempat kerja saya. Dari kasus paling sederhana dan cara mengatasinya.

Sebut saja ibu Anti ( bukan nama sebenarnya ).Setelah melewati masa pensiun. otomatis kehidupannya berubah. Ketika bekerja dia bisa berjalan paling tidak 30 menit perhari maka semenjak pensiun dia hanya di rumah bersama anak dan cucunya. Kegiatan rutin terkait olah raga tak pernah dia lakukan. Hanya kegiatan sosial yang sesekali dia hadiri. Diabetes mellitus merenggut usianya walaupun secara genetik dia tak punya penyakit itu. Ini adalah masalah gaya hidup saja.

Lain lagi dengan pak Ade ( bukan nama sebenarnnya juga ). Setelah masa mudanya dipenuhi asap rokok maka ketika menjelang usia 55 tahun dia sudah terkenan stroke. Dengan pengobatan yang terus menerus dia akhirnya bisa latihan berjalan setiap pagi. Kulihat setiap pukul 06.00 sampai 07.00 dia biasa berjalan mencari matahari pagi untuk kesehatan tulangnya. Walaupun agak lemah dia tetap semangat hidup dan berhenti dari merokok.

Ibu Prita ( nama samaran ) adalah seorang profesor yang tak muda lagi. Berusia mendekati 70 tahun namun tetap energik dan selalu murah senyum. Hidupnya dihabiskan untuk penelitian, menulis dan juga bersosialisasi di kalangan masyarakat dan akademik tentunya. Satu hal yang saya ambil dari motivasi hidupnya adalah selalu berprasangka baik dan berbuat baik. Dia hidup bersama seorang suami dan seorang anak serta dua cucunya.

Bapak Nedo ( nama samaran pula ). Hidup dalam lingkuran perokok sejak kecil dan sampai saat ini adalah perokok berat. Bisa 3-4 bungkus rokok dia habiskan seharinya. Bila sudah merokok maka dia akan lupa makan. Pak Nedo sehari-hari bila sedang berbicara selalu diiringi batuk berat . Seperetinya batuknya menahun dan tak mungkin sembuh. Meskipun usianya belum genap 60 tahun, dia tampak lebih tua dari usia sebenarnya.

Pak Anwar ( nama samaran juga ) adalah seorang pecinta olah raga yang sempat berhenti karean kondisi serangan jantungnya. Terakhir kali dia harus pasang dua ring di jantungnya dan akhirnya dia meninggal di usia 52 tahun dalam kondisi pengapuran tulang dan ginjal. Dia seorang perokok pasif yang telah mengganti kebiasaanya dengan permen namun Tuhan berkehendak lain.

Ibu Nomra ( nama panggila samaran ) hidup dari berjualan petai cinta. Tiga bungkus petai cinta dia jual seharga lima ribuan. Meskipun dia tampak tua  t  a tetapi kulitnya masih kencang. Agak sedikit gelap oleh terik matahari. Suaranya masih nyaring. Dia suka berjalan kaki dari rumah sampai ke pasar. 

Begitulah orang-orang yang saya amati kehidupannya. Semoga bisa diambil hikmah bahwa masa tua itu bisa kita lalui dengan beragam cara dari olahraga teratur, makan teratur, mengekspresikan diri baik di lingkuan sosial maupun dengan cara menjadi penulis untuk berbagai kepentingan dan jangan lupa selalu berprasangka baik. Itu semua bisa dibingkai dalam konteks ibadah dalam arti kata luas. Wassalam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun