Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Berkebutuhan Khusus dan Keunikannya (Bagian 2)

9 Juni 2018   06:15 Diperbarui: 9 Juni 2018   07:51 841
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illuatrated by pexels

Tampak beberapa pejabat memberikan sambutan. Mereka naik ke panggung terbuka di arena lapangan hijau yang dikelilingi angin yang sangat segar. maklum sekolah ini dekat dengan pantura.Ada sekitar 300 peserta didik yang diwisuda. Setiap peserta didik yang mendapat nilai 100 dari mapel apapun akan mendapat dana pendampingan sebanyak RP.1.000.000.

Kulihat ada 14 anak yang mendapat penghargaan . Kepalaku langsung menghitung totalnya sekitar Rp.14.000.000. Lumayan juga untuk mereka karena semua anak-anak itu dari keluarga miskin. Memang salah satu syarat masuk adalah peserta didik dari keluarga miskin namun berprestasi. 

Sambil menunggu pidato pejabat berikutnya aku lihat sekitar. Ada total 600 orang yang hadir dilapangan itu. Di lapangan sebelah kanan di set untuk Acara semacam ngobrol bareng para pejabat. Mungkin ini untuk mendapatkan informasi dan aspirasi dari rakyat kebanyakan.

Temanmu melanjutkan ceritanya yang terputus.

" Anak tuna netra mempunyai kemampuan daya pembeda melalui bau / aroma orang -orang atau benda -benda di sekitarnya . Mereka bisa membedakan gurunya dan namanya melalui aroma tubuh orang di dekatnya. Anak tuli biasanya diiringi dengan tuna wicara , tetapi bila dia tuli bukan dari lahir maka masih bisa diajak berkomuikasi dengan sedikita lancar ".

" Kalau begitu si Ilham yang di kelas inklusi sekolah ini juga bisa beradaptasi ya ? ", tanyaku menimpalu.

" Iya, tetapi tetap dengan banyak bahasa isyarat ", temanku menandaskan.

Karena aku juga punya pengalaman serupa maka aku pun ingin dia juga mendengarkan ceritaku.

" Salah seorang anak didikku itu tak pernah punya rasa malu. Dia selalu melakukan apapun yang menurut teman-temannya lucu. Tetapi kata dokternya, salah satu syaraf malunya putus ", kataku sambil melihat responnya.

" Ya, itu dinamakan Tuna Grahita . Pasti akan banyak kejadian unik bila dia sedang ining bergaya", kata temanku dengan mimik serius.

Ah, tampak seorang pejabat mengambil mic untuk memberikan wejangan. Tampak para orang tua khidmat mendengarkan...Bersambung

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun