Mohon tunggu...
Ahlis Qoidah Noor
Ahlis Qoidah Noor Mohon Tunggu... Guru - Educator, Doctor, Author, Writer

trying new thing, loving challenge, finding lively life. My Email : aqhoin@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Negeri di Awan Abu-abu

10 Mei 2018   13:43 Diperbarui: 10 Mei 2018   14:01 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tersebutlah sebuah negeri. Dihuni oleh 5 ragam jenis manusia bumi. Kelompok pertama berkehendak berkuasa sepanjang masa dan sepanjang umur masih ada di badan mereka. Tak beri kesempatan orang lain dari kelompok lain kembangkan rasa, etika, kesempatan, kesejahteran untuk yang bernama rakyat kebanyakan. Bagi mereka tidak ada yang pantas jadi pemimpin selain kelompok ini.

Kelompok kedua ada sekumpulan penjahat kambuhan yang kadang ingat bahwa mereka masih manusia yang butuh sosialisasi tapi kadang lupa sehingga merebut semua yang ada pada orang lain jadi miliknya. 

Bagi mereka semua yang ada di masyarakat adalah miliknya. Tak malu mereka melakukan semua jenis kejahatan dari yang remeh- temeh sampai yang menciderai kemanusiaan. Ah mereka telah kehilangan sebagian rasa manusianya. Atau boleh jadi mereka sedang bereformasi menjadi bukan manusia lagi.

Kelompok ketiga adalah mereka yang menghambakan diri untuk semua nikmat dunia. Kesenangan pada minuman dengan segala variannya. Kenikmatan pada wanita dan pria dengan segala bentuk deviansinya. Tak ada yang memberi mereka peringatan karena mereka tinggal di tempat yang terisolir, jauh dari keramaian. 

Di pulau terpencil yang sudah dibeli dan dihuni hanya oleh mereka. Tak ada ahli agama atau ustadz yang mungkin kepikiran untuk kesana dan membenahi ahlak karena ke sana butuh banyak biaya dan juga ketat penjagaanya.

Kelompok ke empat adalah para pencuri, para perompak, para koruptor, para perompak, para pengutil, para pembegal, para penyelundup dan mereka yang mempunyai kebiasaan untuk memiliki barang dan hak orang lain yang bukan menjadi miliknya. 

Apapun cara yang mereka lakukan tujuannya hanya satu mengambil, menguasai, mencuri, merampok, mengambil hak orang lain. Tak ada yang percaya bahwa apa yang mereka lakukan itu sebenarnya sia- sia saja. Tuhan tak bakal tinggal diam. 

Mereka bertuhan tetapi Tuhan mereka tinggalkan pada saat kemaksiatan itu mereka kerjakan. Mereka tak ingat Tuhan pada saat membegal, mencuri, merampok, korupsi, mengutil dan melakukan hal lain yang berhubungan dengan pekerjaan mereka . Padahal Tuhan tidak pernah tidur. Dia selalu mengawasi mereka. Maka apapun yang mereka ambil suatu saat akan diambil oleh Nya dengan cara apapun, bahkan dengan cara yang tidak mungkin mereka duga sama sekali, tak terbayangkan cepat atau lambat.

Kelompok kelima adalah para fakir miskin , para rakyat jelata yang tak tahu harus berbuat apa. Tak ada yang mereka peroleh bila mereka tak bergerak. Tak ada yang memperhatikan mereka bila mereka tak berteriak atau meminta - minta. Padahal sebetulnya mereka tak ingin meminta - minta.

Lapar perutnya tak kuat ditahan sehingga mereka tadahkan tangan.Tetapi mereka tak lakukan kejahatan apapun. Mereka tak mencuri, tak membegal tak berbuat maksiat juga tak mengumbar hawa nafsu. Mereka hanya butuh uang untuk modal bekerja dan nasi untuk dimakan. 

Mereka sedang menunggu kelompok ke enam yang akan dijanjikan datang. Membawa berita kebahagiaan tentang syurga dunia. Apakah itu ? bagi kelompok Satu ini ancamana karena kelompok enam ini adalah mereka yang sangat intelektual dalam ekonomi, politik, strategi negara dan juga manajemen massa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun