Tadi..Dalam perjalanan pulang dari memberikan kelas privat AMC, dimobil saya mendengarkan radio yang “kebetulan” mensiarkan pengumuman tentang hasil sidang itsbat dari departemen agama mengenai keputusan tanggal 1 Ramadhan 1437 H, yang sudah dipastikan mulai malam ini. Artinya besok pagi, senin tanggal 6 juni 2016, bagi umat muslim yang beriman sudah mulai melaksanakan ibadah puasa. Tidak terasa, seperti baru saja meninggalkan Ramadhan tahun kemarin, seperti baru saja melalui Idul Fitri, ini sudah kembali bertemu dengan bulan penuh “inspirasi”, bulan penuh “ilmu”. Yaitu bulan suci Ramadhan. Apakah makna puasa yang wajib kita lakukan di bulan ini? apakah hanya menahan lapar dan haus saja? Sesungguhnya Ada makna “istimewa” dalam ibadah puasa Ramadhan itu.
Saya mencoba mengulas keistimewaan puasa Ramadhan dari sisi “AMC”, seperti sering saya tulis dan sudah dibuktikan oleh teman-teman alumni AMC, bahwa AMC adalah satu-satunya metode untuk mengenali, mengontrol dan memaksimalkan Pikiran. Sedangkan pikiran adalah sumber dari “pengontrol” diri, pikiran adalah tempatnya sugesti-sugestu yang saling berperan dalam mengontrol diri. Bagaimana sugesti itu bekerja di pikiran maka silahkan membaca di www.kekuatansugesti.com. Menahan lapar dan haus juga menahan berhubungan suami istri di siang hari juga bagian dari program pikiran. Ketika kita menanamkan perintah kepada pikiran kita untuk menahan lapar, untuk tidak makan sejak waktu subuh sampai waktu maghrib maka secara otomatis pikiran kita “mengatur” semua organ ditubuh kita untuk menyesuaikan diri supaya tetap kuat menjalankan puasa.
Ibadah puasa Ramadhan sebenarnya adalah bentuk penerapan “metode AMC” untuk membiasakan diri mengontrol Pikiran, untuk mengontrol diri, untuk menyadarkan kita bahwa diri kita semua, saya dan anda sebenarnya diberikan hak sebagai “pengatur” oleh Tuhan. Hak untuk mengatur diri, hak untuk memimpin diri, hak untuk menentukan sendiri kualitas hidup kita. Karena itu diistilahkan bahwa diri manusia itu adalah “khalifah” dan ada hadist dari Rasulullah SAW ““Kalian semua adalah pemimpin dan seluruh kalian akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpin”. Kita perlu menyadari sepenuhnya bawa diri kita adalah pemimpin, pemimpin bagi diri kita sendiri. Bagaimana kita mau memimpin diri jika belum “sadar” bahwa diri kita memiliki hak memimpin diri ?
Karena itulah dengan melakukan puasa Ramadhan, seharusnya kita menumbuhkan kesadaran diri bahwa diri kita pemimpin. Bulan Ramadhan sebenarnya adalah bulan “training” bagi setiap insan, bagi setiap pribadi untuk menyadari dirinya pemimpin, lalu sebagai pemimpin mampu mengendalikan dirinya dengan benar, mengendalikan lapar, haus, berkata jelek dan berhubungan suami istri. Ketika diluar Ramadhan bisa bebas makan dan minum kapan saja, maka di bulan ini kita sebagai pemimpin diri dilatih untuk mengendalikan diri, mengontrol pikiran kita supaya patuh kepada kita. Sesungguhnya makna “istimewa” tersebut jika dipahami dan dilakukan oleh setiap muslim yang berpuasa di bulan Ramadhan ini, maka tujuan puasa pastilah terwujud yaitu sebagai pembentuk manusia yang sejati, yaitu manusia yang bertakwa.
Yang biasanya malam hari, bisa santai, menonton tv. Maka di bulan ini harus dikendalikan, diubah menjadai shalat tarawih dan tadarus Alquran. Maka, cobalah melewati puasa Ramadahan tahun ini dengan memahami dan menerapkan makna istimewa ini, sebagai bulan untuk training untuk melatih kesadaran kita sebagai “pemimpin” diri. Karena sesungguhnya Tuhan sudah memberikan hak penuh kepada diri kita sebagai pemimpin dan pengatur dalam kehidupan kita. Selamat menjalankan ibadah Puasa, sahabat-sahabatku. Jadikan bulan Ramadhan ini benar-benar bulan yang membuat kita berubah, membuat kita nantinya setelah melewati 30 hari Ramadhan menjadi pribadi-pribadi yang mampu menyadari kekuatan diri seutuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H