Mohon tunggu...
Firman Pratama
Firman Pratama Mohon Tunggu... Dosen - pebisnis muda

Seorang pakar pikiran dan praktisi pendidikan yang membuat dua buah metode dahsyat yaitu Alpha Telepati dan Alpha Mind Control, seorang pebisnis yang sudah memulai bisnis sejak masa kuliah Blog pribadi di www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Mengatasi Susah Tidur dari Seorang Ibu Yang Mengalami Stres Akibat Masalah Anaknya

11 November 2014   17:58 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susah tidur sering dianggap sebagai sebuah penyakit fisik, memang ini ada benarnya. Saya ada teman dokter yang memberikan saya informasi penyebab sebab perubahan struktur fisik yang mengakibatkan seseorang mengalami susah tidur. Tetapi ini hanya sedikit, kebanyakan susah tidur adalah sebuah masalah “psikologi”, susah tidur terjadi biasanya karena seseorang masi sibuk menggunakan otaknya untuk berpikir, dan yang dipikirkan biasanya adalah sebuah hal yang dianggap masalah. Berpikir bagaimana menyelesaikan sesuatu yang dianggap masalah itu, yang membuat jadi susah untuk tidur. Sebab ketika tidur khawatir besok masih tetap menjadi masalah. Sebagai seorang pakar pikiran, saya sering didatangi oleh klien-klien yang mengeluhkan masalah susah tidur ini.
Seperti yang saya temui pada hari minggu kemarin, 3 hari sebelumnya saya diminta oleh soerang laki2yang datang ke kantor Wahana Sejati yang mengeluhkan bahwa ibunya sudah 2 bulan ini susah untuk tidur, menjadi tidak tenang dan efeknya adalah tekanan darah meningkat, gula darah meningkat, kolesterol meningkat. Laki2 itu menceritakan bahwa ibunya memiliki beban terhadap rumah tangga anak ke duanya yang seorang perempuan, alias kakak dari laki2 ini. Laki2 ini bercerita bahwa kakaknya yang perempuan ini sedang mengalami masalah rumah tangga dan mengarah ke perceraian. Situasi ini yang membuat ibunya menjadi kepikiran terus. Laki2 ini meminta saya untuk mau datang ke rumahnya guna menemui ibunya.

Sesuai kesepakatan, saya menemui ibu ini di hari minggu malam. Setelah diperkenalkan oleh anaknya yang laki2tadi, maka saya meminta izin untuk berdua saja dengan ibunya. Saya pun mulai “bertanya” secara pribadi kepada ibu ini, akhirnya sang ibu mau mengeluarkan uneg2nya, berceritalah ibu ini tentang situasi rumah tangga anak perempuannya, yang bermasalah, ibu ini seolah menyalahkan anak perempuannya terus atas terjadi prahara dalam rumah tangganya. Tetapi sebaliknya memposisikan menantunya sebagai korban dari masalah ini.

Dan, ketika saya coba membawa ibu ini ke suasana kebatinan yang seolah2 anak perempuannya ini sudah bercerai, maka keluarlah air matanya, dan saya mencoba meneruskan untuk mengeluarkan emosi yang terpendam dalam diri ibu ini. Kembali dari ungkapan beliau, yang dipikirkan ternyata bukan anak perempuannya melainkan menantunya. Bagaimana respon dari keluarga besan, bagaimana nanti cucunya ditinggal ayahnya, dan anehnya ibu ini selalu menyalahkan anak perempuannya.

Dari ungkapan ibu ini saya akhirnya menemukan sebuah program dalam pikiran ibu ini yang membuat dirinya menjadi susah tidur, apa itu? ya tadi, memikirkan nasib menantunya, tapi tidak membela anaknya :). Entah mungkin karena merasa anaknya selalu terlihat salah,akibat ucapan dari suami anaknya ini. Tapi, terlihat jelas bahwa yang menjadi beban pikiran dari ibu ini adalah menganggap anaknya di posisi salah.

Sesuai dengan kerja pikiran, maka tidak boleh ada yang disalahkan berlebihan dalam masalah ini, sebab setiap orang melakukan sesuatu pasti ada alasannya. Anak perempuan ibu ini terlihat membantah bahkan mau mengajukan cerai pasti ada alasannya. Saya mencoba memberikan sugesti kepada ibu ini, bahwa anaknya yang harus disayang, yang harus dibela adalah di posisi istri atau yang perempuan bukan suaminya. Setelah saya coba berikan sugesti yang saling berkaitan akhirnya ibu ini mantap menerima bahwa yang harus dia sayangi adalah anaknya, bukan suami anaknya. Yang harus dibela adalah anaknya, bukan suami anaknya.

Dan,ajaibnya ibu ini langsung merasa kelegaan yang luar biasa. “mas firman, dada saya lega, saya jadi tenang sekarang, saya sadar saya salah selama ini, padahal saya jadi Ingat bahwa suaminya yang sering menelantarkan anak saya, saya sadar sekarang bahwa yang harus disayang adalah anak saya ini”. Selesai ibu ini mengungkapkan kelegaannya, saya pun menjawabnya “kalau sudah seperti ini,ibu janji ya kepada diri ibu sendiri, bahwa ibu mau tidur dengan tenang mulai malam ini ya sampai seterunya, supaya ibu sehat, supaya ibu terus bias menyayangi anaknya”.

Dan tadi jam 22.00 saya mendapat sms dari anak laki2 ibu ini, “mas firman, ibu saya sudah tidur, biasanya kemarin2 jam segini masih lihat tv sambil kebingungan, makasih ya mas”

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun