Tadi malam jam 20.00, presiden SBY memberikan penjelasan tentang reshuffle. Ya reshuffle, kata ini menjadi begitu santer diberbagai media beberapa pekan, karena presiden SBY begitu antusias mengadakan audisi menteri dan wakil menteri langsung di kediamannya sendiri di Puri Cikeas. Entah kategori apa yang beliau gunakan, tetapi kembali bahwa hak memilih menteri adalah hak prerogatif presiden, sehingga apa kehendak SBY mau memilih siapa untuk diangkat menjadi menteri. Dengan memiliki hak ini, seharusnya presiden mampu menggunakan tolak ukur dari lembaga UKP4 dalam menilai kinerja menteri-menterinya, tetapi Indonesia adalah suatu negara yang majemuk, banyak partai, beragam agama, dan beragam suku. Sehingga jika ada pihak yang merasa tidak diakomodasi pasti menimbulkan ketersinggungan.
Entah siapa yang tidak dewasa, jika kembali hak ada di presiden seharusnya semua elemen harus bisa menerima apapun pilihan presiden. Bahkan jika tidak ada satupun dari partai, tapi memang kebijaksanaan atau tekanan partai politik yang memesan jatah kursi menteri kepada presiden menyebabkan seolah-olah presiden SBY merasa terkekang. Dalam pidatonya semalam, beliau juga mengatakan ada pihak-pihak yang menekan untuk melakukan Reshuffle setiap tahun. Tekanan memang selalu melingkari kekuasaan presiden, karena posisi menteri sangat strategis dan menguntungkan bagi partai politik untuk menghasilkan pundi-pundi sumbangan finansial.
Keputusan yang saya pikir tepat bahwa, presiden SBY berani menambah 2 pos menteri untuk kalangan profesional yaitu Dahlan Iskan dan Gita Wiryawan. Seperti diketahui, seorang Dahlan Iskan adalah sosok entrepreneur yang juga saya kagumi, karena beliau merintis Jawa Pos dari bawah sampai akhirnya sebesar ini. Ketegaran beliau, kejujuran beliau sudah teruji. Karena mustahil seorang entrepreneur mampu berhasil jika dia melakukan kecurangan bisnis. Maka tepat jika beliau diminta presiden SBY untuk membawahi kementrian BUMN, saya ingat ketika awal berada di PLN, hampir semua karyawan PLN menolak sosok Dahlan Iskan bahkan berdemo. Tetapi dengan mental entrepreneurnya, Dahlan Iskan mampu melakukan terobosan sehingga membuat PLN lebih bagus kinerjanya. Bahkan beliau sempat menangis saat diminta presiden untuk berganti ke menteri BUMN.
Selain nama menteri, kali ini presiden SBY menunjukkan sisi kreatifnya dengan mengubah 2 kementerian yaitu kemendiknas dikembalikan lagi menjadi kemendikbud serta kementrian pariwisata ditambah dengan ekonomi kreatif. Mungkin istilah ekonomi kreatif masih terdengar asing, tapi secara umum adalah ekonomi yang berdasar kepada pebisnis dibidang kreatifitas, misalnya artis, seni, content dll yang produk atau jasanya adalah hasil dari kreatifitas. Atau dikenal sebagai industri kreatif.
Semoga dengan ide-ide yang benar dari presiden mampu dicerna dan diimplementasikan dengan benar oleh para menteri dan wakil menterinya. Selain menteri, presiden juga mengangkat wakil menteri untuk membantu para menteri. Jika dilihat dari profil wakil menteri, maka presiden tampaknya ingin memilih yang benar ahli, karena hampir semuanya bergelar Prof dan DR. Jika menteri dipilih karena harus mengakomodir semua pihak, maka wakil menterilah yang dipilih berdasar dari sisi keahliannya. Semoga benar-benar bisa bekerja sesuai harapan.
Sebagai rakyat, maka saya melihat adanya harapan baru pada kabinet ini. Dengan ditambahnya kalangan profesional untuk memberikan warna pada kabinet. Karena sisa masa kerja 3tahun ini harus berhasil membuktikan dengan pencapaian yang "mengena" kepada rakyat. Bukan hanya pencapaian dari sisi angka-angka saja, tapi respon masyarakatlah yang ujung-ujungnya menilai. Memang angka juga penting, tapi apalah arti dari angka-angka yang terlihat membaik sementara fakta dilapangan masih terkesan tetap. Kita juga harus menilai objektif terhadap pencapaian kinerja pemerintah, bukan langsung aprori. Sebagai contoh program JAMKESMAS, saya sendiri sempat mengantar seorang yang masuk kategori miskin untuk berobat, dan benar-benar bebas biaya sampai obatpun juga GRATIS.
Sebagai warga negara, marilah kita mulai dari diri sendiri untuk memberi arti kepada negara ini dengan melihat sekitar kita. Apa yang bisa kita perbuat dengan sedikit kelebihan kita, sedikit kelebihan kita menghasilkan nilai kebaikan yang berlipat bagai orang sekitar kita.
Salam Fokus
Firman Pratama, ST, CHt, CNLP
sumber klik disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H