Dapat apa Ramadhan tahun ini? Pertanyaan ini sepertinya pas untuk kita renungkan. Kita tanyakan kepada diri sendiri. Apalagi disaat malam ganjil seperti ini. Malam ini bertepatan dengan malam 23 di Bulan Ramadhan tahun ini.Â
Saya menulis artikel ini sambil sayup-sayup terdengar suara tadarrus di masjid dekat rumah. Bulan Ramadhan sebentar lagi berlalu. Pusat perbelanjaan ramai. Flash Sale marak di toko online. Diskon Idul Fitri muncul dimana-mana. Terlihat paradoks memang. Saat Ramadhan tinggal hitungan hari, justru banyak yang terkesan semakin "cuek" dengan bulan penuh kebaikan ini. Logikanya adalah ketika ingin berpisah harusnya yang ada rasa sedih. Ramadhan sebentar lagi berlalu. Apa yang sudah kita dapatkan?
Pentingnya Bulan Ramadhan
Ada yang beranggapan bahwa bulan Ramadhan itu sama saja dengan bulan lainnya. Sehingga ibadah puasa sering dikalahkan dengan "nafsu" makan hanya karena merasa takut tidak kuat bekerja. Hari selasa kemarin, saya mulai sore ngurusin rumah baru di Grand Pakuwon, ada 4 tukang yang sedang memasang AC. Menjelang maghrib saya tanya "buka puasa mas?", ada yang nyahut "gak onok sing poso mas". Bahkan ketika selesai pekerjaan mereka jam 11.30 malam, ada yang bicara "gak kroso diluk engkas riyoyo" (tidak terasa sebentar lagi hari raya), lalu temannya menjawab "gak kroso soale gak poso" (tidak terasa karena tidak puasa). Sambil tertawa, saya juga ikut tertawa. Pekerjaan mereka mungkin sangat berat sehingga tidak kuat untuk berpuasa.
Ibadah puasa sejatinya adalah latihan untuk menguasai nafsu, menguasai pikiran. Kalau dalam 1 bulan ini bisa lulus menguasai pikiran maka pasti di 11 bulan kedepan menjadi mudah mengontrol pikiran. Ketika anda membaca buku 10 keajaiban pikiran, maka seharusnya menyadari betapa pentingnya PIKIRAN kita. Dan harus ditundukkan. Bulan Ramadhan adalah momen latihannya.Â
Ramadhan adalah Tempat Melatih Diri
Dalam istilah pewayangan ada istilah Kawah candradimuka, bulan Ramadhan bisa disebut seperti itu. Untuk melihat apakah ibadah kita selama Ramadhan ini berhasil atau tidak, maka lihat bagaimana hidup kita setelah Ramadhan. Dalam hal apapun. Termasuk juga urusan rezeki. Jika setelah Ramadhan rezekimu semakin susah, maka ada yang salah selama Ramadhan. Sesuai dengan ayat Al-Baqarah 183 : "Kepada orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan (juga) kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa". Ada goal dari puasa yaitu menjadi "bertakwa".
Jika hidupmu setelah Ramadhan ini sama saja, maka artinya puasamu gagal. Coba dimalam ganjil ini, malam 23. Merenunglah "Dapat apa Ramadhan ini?". Jika muncul rasa untuk menangis, maka menangislah. Karena Rasulullah dan Sahabat terlihat menangis di akhir Ramadhan.
"Sekiranya umatku ini mengetahui apa-apa (kebaikan) di dalam bulan Ramadhan, niscaya mereka menginginkan agar tahun semuanya itu menjadi Ramadhan,"
Apa yang kita dapat di Ramadhan ini?
Saya terasa berat ketika mau menulis artikel ini. Hmm....Sedih memang ketika harus meninggalkan bulan penuh kebaikan ini. Diluar, saya merasakan seakan angin terhenti. Daun tidak bergerak. Langit tanpa bintang. Seakan alam juga bersedih untuk melepas Ramadhan. Momen melatih diri memang tidak harus dibulan Ramadhan, tapi di bulan ini kita "dipaksa" untuk mengontrol diri, dan banyak orang yang turut melakukannya. Seharusnya lebih mudah, daripada sendirian.
Sudahkah kita mendapat kebaikan dari bulan Ramadhan ini, ataukah hanya mendapat lapar dan haus saja seperti hadist Rasulullah "Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut, kecuali hanya rasa lapar dan dahaga saja."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H