Mohon tunggu...
Firman Pratama
Firman Pratama Mohon Tunggu... Dosen - pebisnis muda

Seorang pakar pikiran dan praktisi pendidikan yang membuat dua buah metode dahsyat yaitu Alpha Telepati dan Alpha Mind Control, seorang pebisnis yang sudah memulai bisnis sejak masa kuliah Blog pribadi di www.firmanpratama.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Puasa Ramadan Dihubungkan dengan Kekuatan Pikiran

22 April 2020   10:22 Diperbarui: 22 April 2020   10:37 672
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam hitungan hari semua umat Islam didunia memasuki bulan Ramadhan. Dalam bulan itu ada ibadah wajib yaitu Puasa Ramadhan. Kali ini saya ingin membahas makna puasa ramadhan dihubungkan dengan kekuatan pikiran. Kalau artikel lain ketika membahas puasa ramadhan pasti dihubungkan dengan keimanan dan ketakwaan.


Tentu sebagian besar orang tidak memahami hubungan puasa ramadhan dengan kekuatan pikiran. Puasa kok hubungannya dengan kekuatan pikiran? Pasti itu pertanyaan sebagian besar orang ketika membaca judul tulisan ini. Berpuasa seringkali hanya dimaknai sempit sebagai menahan lapar dan haus saja. Padahal ada hal lain yang juga menjadi "fokus" dalam puasa Ramadhan. Apa itu? yaitu mengendalikan "hawa nafsu".

Nafsu itu dalam KBBI (kamus besar bahasa Indonesia) diartikan sebagai "keinginan". Mengendalikan hawa nafsu artinya adalah mengendalikan keinginan. Keinginan itu adalah bagian dari Pikiran. Sehingga ketika mengendalikan hawa nafsu sama saja dengan mengendalikan Pikiran.

Maka makna penting dari Puasa bukan menahan lapar dan haus tapi mengendalikan Pikiran

Hampir disemua ajaran agama pasti ada yang namanya PUASA. Bahkan di dunia spiritual tradisional juga ada ajaran tentang PUASA. "kalau mau sakti harus syaratnya PUASA", tentu kata-kata ini tidak asing di telinga orang-orang yang berburu ilmu kesaktian. Ketika tidak lulus puasa selama sekian hari maka dianggap tidak memenuhi syarat untuk menerima ilmu kesaktian. Padahal kesaktian yang sesungguhnya itu ya saat kita mampu melakukan puasa dengan memahami makna puasa sebagai pengendalian pikiran.

Dengan berpuasa maka itu menjadi bentuk training atau latihan terhadap pikiran kita. Melatih agar pikiran itu tidak liar, tidak selalu berpikir kemana-mana. Sehingga tolak ukur keberhasilan proses puasa adalah ketika kita mampu menguasai pikiran dengan seutuhnya. Wajar ketika ada hadist Rasulullah yang mengatakan : "Betapa banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya tersebut kecuali rasa lapar dan dahaga." (HR. Ath Thobroniy dalam Al Kabir dan sanadnya tidak mengapa. Syaikh Al Albani dalam Shohih At Targib wa At Tarhib no. 1084) 

dokpri
dokpri
Melakukan ibada puasa ramadhan itu adalah cara melatih kekuatan pikiran. Kalau saya sih menyebut bulan Ramadahan itu sebagai waktu yang tepat melakukan training untuk menundukkan pikiran. 

Di artikel sebelumnya saya pernah menulis bahwa pikiran itu seperti kuda liar dan kita yang harus menguasai kuda tersebut. Nah waktunya sekarang anda menguasai kuda tersebut melalui ibadah puasa Ramadhan. 

Maka luruskan niat kita bahwa puasa kali ini, puasa tahun ini tidak sama dengan puasa sebelumnya. Jangan hanya sekedar makan sahur, puasa siang harinya, berbuka di waktu maghrib lalu ibadah dimalam harinya. Kalau hanya seperti itu maka artinya puasa anda sama saja dengan tahun kemarin. Hanya sekedar ritual dan tidak berpengaruh apapun dalam kehidupan anda nanti. Maka itu artinya merugi. 

Niatkan puasa kali ini sebagai bentuk melatih kekuatan pikiran kita, betul-betul mengenali pikiran dengan benar. Sehingga bisa mengendalikannya. Sehingga saya selalu mengatakan kepada orang-orang yang belajar AMC baik reguler apalagi platinum saat melakukan puasa ramadahan adalah orang yang beruntung. 

Karena langsung bisa mempraktekkan AMC dalam penerapannya di ibadah puasa ramadhan. Sehingga selepas puasa Ramadhan benar-benar menjadi MANUSIA yang kembali fitrah atau kembali kepada settingan awal dari ALLAH. Yaitu manusia yang mampu menguasai kekuatan pikirannya untuk kebaikan dalam menjalani hidup didunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun