Kota Surabaya 2 hari ini diguncang aksi terorisme berupa peledakan bom. Bom gereja dan juga hari ini peledakan ada di kantor mapolrestabes surabaya. Banyak komentar di media sosial, di televisi dan media cetak yang mengatakan bahwa para pelaku pengeboman itu akibat dari doktrin yang salah tentang agama.
Dimanakah doktrin itu berada? jawabannya ada dalam pikiran si pelaku, doktrin masuk dari berbagai sumber. Bisa dari bertemu langsung dengan orang yang memberikan doktrin, bisa melalui buku yang dibaca , bisa dari rekaman video dan berbagai sumber lainnya.Â
Doktrin, adalah informasi yang masuk ke dalam pikiran manusia. Kalau bahasa saya adalah "Sugesti". Proses memasukkan sugesti ke dalam Pikiran manusia disebut sebagai proses Hipnotis. Sehingga hubungan antara Hipnotis dan tindakan terorisme sangatlah erat sekali.
Banyak orang salah dalam mengartikan makna "hipnotis", seringkali hipnotis itu disamakan dengan kondisi seperti yang ada di pertunjukan televisi, dimana ada seseorang yang terlihat tidak sadar lalu melakukan perintah apapun yang diberikan oleh si pemain hipnotis tadi. Padahal apa yang terlihat itu hanya untuk kepentingan hiburan saja, hipnotis bukan seperti itu.Â
Proses pemberian doktrin, proses memasukkan sugesti kepada orang lain itulah makna hipnotis sebenarnya. Ketika seseorang secara rutin menerima sugesti-sugesti tentang makna jihad yang keliru, tentang makna agama yang salah maka sugesti itu tersimpan terus dan menumpuk dalam pikirannya. Sehingga seseorang itu menganggap bahwa apa yang diterimanya itu yang benar, sedangkan yang lain dianggapnya salah.
Proses hipnotis sebenarnya dialami oleh semua orang, sejak kecil pasti orang tua sudah memberikan doktrin kepada anak-anaknya, semua orang tua sejatinya sudah menghipnotis anak-anaknya. Sama dengan pelaku pengeboman di surabaya yang ternyata adalah satu keluarga, ayah, ibu, dan 4 orang anaknya. Si ayah telah terhipnotis oleh doktrin yang keliru, lalu si ayah menghipnotis istri dan anak-nya.Â
Sehingga terjadilah "rantai kesalahan" ini. Seseorang bertindak karena sugesti yang ada di pikirannya, seseorang melakukan sesuatu tindakan juga karena doktrin yang melekat dalam pikirannya. Sehingga bisa saya katakan bahwa seseorang bergerak karena akibat dihipnotis. Sama seperti pelaku pengeboman itu pasti sudah dihipnotis oleh orang lain yang dianggapnya "guru" untuk melakukan tindakan yang boleh dibilang "biadab" oleh masyarakat umum,
 Tapi mungkin dalam pikiran pelaku hal yang dilakukan itu adalah yang baik. Ya inilah permainan sugesti dalam pikiran, semua doktrin, semua sugesti bisa dibolak-balik tergantung keinginan orang yang menghipnotis.
Seharusnya semua orang memahami bagaimana memilih sugesti atau doktrin yang baik bagi hidupnya, seharusnya semua orang "cerdas" dalam memilih infrormasi. Kecerdasan ini harus didasari pemahaman yang benar tentang bagaimana menggunakan Pikiran secara benar dan utuh. Pikiran manusia adalah bagian yang sangat vital dalam diri manusia, banyak orang tidak rela ketika masing-masing orang paham mengelola sendiri pikirannya.Â