Sudah hari ke-6 ya kita yang muslim menjalani ibadah puasa, sebelum saya melanjutkan aktivitas hari ini menuju kantor untuk terus mematangkan persiapan peluncuran satelit milik Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang nantinya diluncurkan tanggal 17 Juni waktu Indonesia, saya juga harus ke kampus untuk mempersiapkan akreditasi yang jadwalnya hari senin besok.
Sudah 2 bulan sebelumnya, pada tanggal 10-11-12 ini seharusnya ada jadwal kelas platinum, hari kamis kemarin saya ngobrol ke syahrini, “gimana nih rin, kasihan juga yang platinum kalau ditinggal lama, kan nanti tidak maksimal, sementara kita kan menberikan materi 3 hari itu untuk benar-benar mengubah hidupnya dia”. Syahrini jawab, “iya juga sih, gini aja direschedule aja”, saya jawab lagi “tapi kamu yang nyampaikan ke bapaknya ya”. Malam, sehabis maghrib ada 3 sms dari bapak yang mau platinum “mas firman, maaf ya anak saya nangis terus minta ikut padahal saya sudah beli tiketnya mas”. Saya melirik ke syahrini “rin, kamu pinter deh”. Dan dengan manis dia menjawab “syahrini gitu lho”
Saya sempatkan menulis diblog ini tentang “kesaktian”, tadi malam ada yang sms ke saya, “mas firman, apakah setelah belajar AMC saya bisa sakti, bisa ngobatin orang, bisa punya tenaga dalam, bisa geser hujan, dijamin ya”. Saya membacanya ketika saya perjalanan pulang ke rumah dan belum saya balas. Baru pagi tadi pas makan sahur sempat saya balas “iya, pasti sakti kok, kalau hanya untuk yang anda sebutkan itu caranya mudah sekali”. Ngomongin kesaktian, saya sudah menuliskan beberapa artikel di blog ini yang berhubungan dengan kesaktian. Anda bisa mencarinya di kolom search ya diblog saya. Banyak orang salah persepsi tentang kesaktian, yang banyak dicari oleh sekarang adalah kesaktian semu, kesaktian yang sebenarnya tidak sakti, kalau saya bilang “sok sakti” saja.
Kesaktian sejati adalah ketika kita mampu mengenali, mengontrol dan memaksimalkan diri. Itulah yang memang saya gunakan sebagai dasar dalam membuat AMC. Oh ya, kemarin siang ada peserta yang mendaftar untuk kelas AMC reguler bulan ini disurabaya tanggal 18 Juni. “pak firman, apakah belajar AMC itu butuh syarat-syarat seperti puasa gitu, lalu ada aktivasi energi, kemudian pembukaan cakra, pengaktifan prana dan sejenisnya?”. Saya hanya bilang, “kalau bapak muslim maka sabtu besok memang bapak harus puasa, jadi syaratnya belajar AMC khusus untuk bulan ini karena bertepatan dengan Ramadhan maka harus puasa pak”. Bapak ini tertawa mendengarnya. Yup, Puasa memang seringkali dijadikan syarat untuk ngelmu, untuk mempelajari sesuatu ilmu yang katanya kesaktian, untuk mempelajari ilmu yang urusan kebatinan. Padahal puasa adalah bentuk dari latihan kesaktian itu sendiri, puasa adalah bentuk “pembelajaran” untuk memahami kesaktian sejati.
Maka dari itu, kalau anda mencari kesaktian sejati maka berpuasalah yang benar, berpuasalah dengan sebenar-benarnya berpuasa. Bukan hanya sekedar tidak makan dan tidak minum, itu namanya bukan puasa tapi diet makan hehe. Eh, tahukah anda dari mana kata puasa itu? asal katanya dari “upavasa”, bahasa sansakerta yang artinya “ Menetap, tetap berdiam di suatu tempat, Tetap bergeming, tidak bergerak, Tetap bertekun melakukan sesuatu, Tetap bertekun melaksanakan sesuatu komitmen dengan segala konsekuensinya.
Sederhananya, menurut saya, puasa adalah mengendalikan diri sebenarnya, mengendalikan diri untuk mencapai sebuah tujuan. Nah, inilah sebenarnya “kesaktian” itu. Jadi memang benar, jika berpuasa itu membuat orang menjadi “sakti” hehe. Kalau hanya mengobati orang, menggeser hujan, mempengaruhi orang, pelet, pesugihan dan lainnya itu sebenarnya memang sudah fitrah manusia bisa melakukan, hanya banyak orang belum menyadari kemampuan dirinya yang sejati. Kenapa belum menyadari? Karena belum mengenali dengan benar fungsi-fungsi dirinya, karena itulah tujuan AMC untuk mengembalikan manusia kepada peran fitrahnya sebagai manusia sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H