Jika Prabowo Hatta menang di perhitungan real count apakah pendukung Jokowi dan partai PDIP mau menerima hasil resmi perhitungan KPU? Apakah mereka tidak akan berbuat kerusuhan dan mau melanjutkan hidup bernegara? Siap menang harus juga siap kalah. Pertanyaan selanjutnya adalah maukah lembaga survey terkenal seperti LSI, litbang kompas, RRI dan lainnya bersedia mengakui kesalahan dalam perhitungan statistik?
Bagi mereka yang mengerti ilmu statistik, sangatlah sukar menerima kenyataan bahwa capres nomor urut satu dapat menang di real count karena yang dilakukan oleh lembaga survey yang terkenal adalah melakukan perhitungan matematis yang hasilnya mendekati akurat. Pengumpulan data di tiap TPS atau pengambilan sampling data telah diatur sedemikan rupa agar memiliki distribusi yang normal. Data yang normal adalah data yang mempunyai distribusi di mana nilai rata-rata dekat dengan nilai median (nilai tengah) atau nilai modus (nilai yang paling sering muncul). Data yang normal diasumsikan dapat diberlakukan secara general terhadap populasi secara keseluruhan. Beberapa teknik statistik telah tersedia untuk menangani data yang tidak normal, sehingga memberikan hasil yang dapat dipercaya.
Masih terdapat kemungkinan adanya kesalahan di masing-masing tahapan pada pelaksanaan quick count. Kemungkinan kesalahan karena sukarelawan salah dalam mengirim data, atau kesalahan teknik statistik yang digunakan bisa kita abaikan, karena kita cukup yakin dengan kapabilitas pelaksana quick count. Kesalahan yang paling mungkin terjadi adalah penentuan lokasi TPS yang dijadikan sampel. Lokasi TPS tersebut bisa mewakili 10 atau bahkan 100 TPS lain yang dianggap mempunyai karakteristik yang sama. Dalam kenyataaanya, kita bisa menjumpai satu TPS yang mayoritas mendukung salah satu pasangan calon, dan TPS di sebelahnya mayoritas mendukung pasangan calon yang lain. Hal ini bisa memberikan bias pada hasil akhir, tetapi dapat dieliminir dengan teknik normalitas data.
Tingkat kesalahan yang biasa dipergunakan dalam quick count adalah sebesar 2%. Artinya, jika selisih antara satu calon dengan calon lain lebih kecil dari 2%, maka sangat mungkin terjadi kesalahan hasil quick count. Akan tetapi, jika selisih antara calon satu dengan calon yang lain lebih dari 2% maka hasilnya boleh dikatakan valid atau benar, sesuai dengan kaidah-kaidah statistik yang berlaku. Pada pemilihan Gubernur Jawa Tengah, pasangan pemenang pemilu mempunyai selisih yang jauh dengan pasangan dengan suara terbanyak kedua (lebih dari 2%). Dan kita bisa melihat, bahwa hasil quick count semua lembaga survey pemilihan gubernur di Jawa Tengah adalah sama dengan hasil akhir yang diumumkan KPU.
Dari empat lembaga survey yang memenangkan Prabowo hanya ada dua lembaga survey yang menuliskan selisih suara antara Prabowo dan Jokowi dibawah satu persen yaitu:
1. LSN Lembaga Survey Nasional : Prabowo - Hatta 50,60% ~ Jokowi-JK 49,40%
2. JSI : Prabowo Hatta 50,26 ~ Jokowi JK 49,74%.
Hal ini berarti hasil quick count dari ke dua lembaga survey diatas yang memenangkan Prabowo, boleh dikatakan dapat meleset atau tidak benar. Sementara lembaga survey yang lebih berpengalaman dan memenangkan Jokowi menyatakan selisih suara antar capres lebih kurang 3%. Â Hal ini berarti hasil quick count yang memenangkan Jokowi adalah valid atau benar.
Tuduhan bahwa lembaga survey yang memenangkan Jokowi dibayar oleh tim sukses Jokowi, berarti penuduh tidak mengerti ilmu statistik. Statistik adalah bagian dari ilmu matematika terapan yang menggunakan teori peluang sebagai alat untuk menjelaskan, meng-analisis, dan meramalkan suatu gejala atau phenomena di mana peluang berperan penting. Matematika adalah ilmu pasti dan banyak digunakan untuk meramalkan hal-hal yang tidak pasti yang terjadi di dunia ini. Perhitungan quick count jauh lebih mudah daripada meramalkan naik turunnya harga saham suatu perusahaan di BEJ. Pada perhitungan quick count, dilakukan pengambilan sampel (sampling), yakni pengambilan data pada sebagian kecil dari populasi, yang dapat mewakili seluruh populasi. Analisis data dari sampel nantinya digunakan untuk men-generalisasi seluruh populasi. Jika sampel yang diambil cukup representatif maka simpulan yang dibuat dari sampel dapat digunakan untuk menggambarkan populasi secara keseluruhan. Metode statistika tentang bagaimana cara mengambil sampel yang tepat dinamakan teknik sampling.
Quick count adalah penerapan dari ilmu statistik sehingga jika nantinya terjadi perbedaan dengan real count maka hanya ada 3 kemungkinan:
1. Lembaga-lembaga survey yang memenangkan Jokowi melakukan kesalahan dalam perhitungan statistik
2. KPU melakukan kesalahan dalam perhitungan real count
3. Ke duanya benar dalam melakukan perhitungan, tetapi data yang diambil oleh lembaga-lembaga survey sudah berubah pada saat perhitungan real count.
Apapun yang terjadi dari tiga kemungkinan diatas, diperlukan sikap siap menang dan siap kalah. Seperti halnya kasus George Bush lawan Al Gore dimana berkat keputusan mahkamah agung Amerika Serikat yang memenangkan George Bush, padahal seharusnya secara real count Al Gore yang menang, akhirnya George Bush menjadi presiden United States. Al Gore dapat menerima keputusan MA dan rakyat Amerika dapat melanjutkan hidup bernegara dengan tenang dan damai. Demikian pula dalam hal ini Prabowo dapat menjadi pemenang pilpres 2014. Partai pendukungnya sangat berharap untuk memenangkan pilpres tahun ini dengan segala cara sebab dunia mereka akan kiamat jika Jokowi menjadi presiden di 2014 ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H