Semakin tinggi sebuah pohon maka akan semakin kuat angin yang mendorongnya. Apalagi jika pohon tersebut tidak memiliki sistem perakaran yang kuat maka tumbanglah dia.
Begitupun dengan manusia, Â dari awal penciptaannya sudah ditentang oleh malaikat. Kemudian Allah meyakinkan dan menegaskan Dia lebih tahu dengan apa yang Dia ciptakan. Akhirnya, terciptalah manusia dengan segala kompleksitas kemanusiaannya. Diberikan dengan segala kelebihan, namun kelebihan itupun bisa menjadi kelemahannya. Itulah manusia.
Lahir sebagai sesuatu yang begitu suci, namun lingkungan yang mempengaruhi dia untuk menjadi sesuai dengan lingkungan tinggal dan pendidikannya. Jika lingkungan yang membentuknya buruk maka produknya juga buruk, begitulah sebaliknya. Kembali lagi, ya begitulah manusia.
Jika kita menemukan seorang anak yang memiliki adab baik. Maka secara otomatis kita akan berpikiran orang tuanya sukses mendidiknya. Begitu jugalah sebaliknya. Anak itu cerminan dari kedua orang tuanya.
Manusia sebagai makhluk sosial diberikan oleh Allah Swt., akal. Untuk apa akal itu?
Dalam surat Al-Israa' ayat 70 Allah Swt., berfirman yang artinya,
"Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan." (QS. Al-Israa' : 70).
Dari ayat tersebut dapat dikatakan bahwa akal merupakan kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada manusia dan sekaligus menjadi faktor pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Karena itu, Allah SWT mendorong manusia agar bersedia menggunakan akalnya untuk berpikir.
Surat An-Nahl ayat 12 yang artinya,
"Dan Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu. Dan bintang-bintang itu ditundukkan (untukmu) dengan perintah-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berakal." (QS. An-Nahl : 12).
Agar akal dapat memiliki fungsi yang maksimal maka diperlukan pemandu atau pembimbing. Dalam Islam, yang menjadi pemandu atau pembimbing akal adalah Al Qur'an dan as-Sunnah. Tanpa adanya bimbingan dari Al Qur'an dan as-Sunnah, maka akal menjadi tidak berfungsi.
Di Islam segala sesuatu itu diatur. Tidak hanya tentang ibadah tentang makan, buang air semuanya ada tuntunannya dan ada contohnya. Bagaimana Rasulullah bercanda dengan para sahabatnya, beliau juga contohkan.
Jika cara bercandanya seperti itu, maka apa panduan Yang dipakainya?
Ah entahlah, kadang kala derajat sosial, kedudukan di mata masyarakat, jabatan yang diembannya atau apalah yang disandangnya membuat dia menjadi buta. Dengan mudahnya merendahkan orang lain. Tidak sadar bahwa sedang direndahkan oleh Allah Swt.
Catatan Pinggir Waktu
Ahdati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H