Guru disebut juga sebagai "agent of change". Sebuah istilah yang maknanya sangatlah mendalam. Mereka disebut sebagai _agen perubahan_. Agen Perubahan, seseorang yang bertindak sebagai katalisator dan mampu mengelola perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Tentunya perubahan yang dilakukan bukan sebuah perubahan yang bisa dilakukan dengan mudah. Peran yang diemban oleh mereka sangatlah luar biasa beratnya. Atau bahkan sangatlah berat dilakukan. Betapa tidak mereka kadang atau bahkan lebih banyak melakukan perubahan pada orang lain sedangkan anak sendiri ditangani oleh orang lain.
Apakah guru itu hanya mengajarkan materi, oooo tentu tidak. Banyak hal yang harus dia lakukan. Setidaknya ada tujuh tugas utama guru, diantaranya; mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Itu baru berhubungan dengan mentransfer ilmu yang diampu.
Selain itu, guru juga diminta melengkapi administrasi pembelajaran dikenal juga perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran yang jumlahnya tidak hanya satu atau dua komponen saja, tapi banyak atau buaannyyaak.Â
Saking buannyyaaakkknya, tidak jarang menyita banyak waktu guru untuk menyiapkannya, apalagi kalau sudah sampai pada waktu pemeriksaan oleh atasan. Jika belum selesai sang guru harus minta izin untuk tidak hadir di kelas dalam rangka proses kegiatan belajar mengajar di depan kelas, sampai kelengkapan administrasi tersebut selesai.
Lebih dari itu, Guru juga dituntut membentuk watak dan jiwa para peserta didik. Guru memiliki kuasa untuk membangun dan membentuk kepribadian peserta didik agar bisa menjadi seorang yang berguna bagi keluarga, nusa, bangsa dan juga agama.
Tapi hal itu tidaklah mudah. Membentuk karakter atau watak sehingga terbentuk watak yang mampu diandalkan. Menjadi kebanggaan keluarga, menjadi seseorang yang luar biasa di tengah masyarakat.
Berkaitan dengan membentuk karakter peserta didik. Nah, hal inilah yang menjadi rintangan terbesar bagi seorang guru. Betapa tidak, seorang guru SMA misalnya, dia sudah mendapatkan seorang siswa yang karakternya sudah terlebih dahulu terbentuk di sekolah yang sebelumnya, baik di tingkat SD, SMP dan tentunya tidak bisa dilepaskan adalah bagaimana karakter dia terbentuk di tengah-tengah keluarganya.Â
Jika, si guru mendapatkan siswa yang memiliki karakter baik karena sudah terbentuk baik di tengah keluarga maka proses guru mentransfer ilmu akan semakin mudah. Guru akan semakin terbentur jika dihadapkan pada siswa yang membawa karakter "tidak baik".
Keadaan yang tidak baik itulah yang sering sekali membuat guru merasa frustasi. Sudahlah ilmu tidak mampu dia serap dengan baik, Â karakter atau wataknya peserta didik juga tidaklah baik. Walaupun jumlah mereka dalam satu kelas tidaklah banyak, bisa dikatakan hanya beberapa orang saja. Tapi, jumlah mereka yang tidak banyak itu mampu membuat hati Guru teriris karena kelakuannya.
Peserta didik yang dengan karakter "tidak baik" itu menjadi batu sandungan bagi guru. Tidak hanya pada proses pembelajaran di kelas tapi juga pada saat proses penilaian untuk dimasukan ke dalam rapor. Sudahlah jarang masuk, tugas-tugas tidak dikerjakan yang berarti mereka tidak punya nilai.Â