Mohon tunggu...
ahmad ahdal
ahmad ahdal Mohon Tunggu... -

saya masih kuliah di perguruan tinggi swasta di kotaku, Kota Tuban

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Semacam Tubanku, Tuban Anda, dan Tuban Kita!!

2 Mei 2011   04:35 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:10 501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona



Halo sobat…

Salam sehangat-hangatnya dari saya, sudah lama aku ingin menulis sebuah artikel tentang sedikit sejarah Tuban, namun belum ada waktu untuk sekedar melakukan semacam pengamatan buat referensi tulisan, agar tidak dikata semacam omong kosong, “wong Tuban ora roh Tubane.” Akhirnya kali ini saya bisa menulisnya juga, setelah mencari beberapa sumber baik dari blog-blog pribadi maupun dari tetks tertulis yang diarsipkan. Namun artikel ini hanyalah mendiskripsikan tentang nama-nama bupati Tuban dulu hingga sekarang, dan terjadinya penamaan kota Tuban, tidak lebih dari itu.

1.1 Bupati Tuban DuluKini

1. Kyai Gede Papringan
2. Raden Aryo Ronggolawe
3. Raden Sirolawe
4. Raden Sirowenang
5. Raden Harioleno
6. Raden Aryo Adikara
7. Syeh Abdurrachman
8. Raden Aryo Wilotikto
9. Kyai Ageng Ngraseh
10. Kyai Ageng Gegilang
11. Kyai Ageng Babatang
12. Raden Balewot
13. Pangeran Sekar Tanjung
14. Pangeran Ngasar
15. Pangeran Permalat
16. Haryo Salampe
17. Pangeran Dalem
18. Pangeran Pojok
19. Pangeran Anom
20. Soejokopoero Joedonegoro
21. Arya Balabar/Arya Blender
22. Pangeran Soejonoputro
23. Joedhonegoro
24. R.Aryo Soero Diningrat
25. R.Aryo Diposono
26. Kyai Tumenggung Tjokronegoro
27. Poerwonegoro
28. Kyai Lilder Soerodinegoro
29. R.Tumenggung Soeryodinegoro
30. Pangeran Tjitrosomo I
31. Pangeran Tjitrosomo II
32. Pangeran Tjitrosomo III
33. Pangeran Tjitrosomo IV
34. R.Mas Somobroto
35. Aro Koesoemodigdo
36. 1911-1919 : R.Tumenggung Pringgowinoto
37. 1919-1927 : RAA.Pringgodigdo Koesoemodiningrat
38. 1927-1944 : RMAA.Koesoemobroto
39. 1944-1946 : R.T.Soediman Hadiatmojo
40. 1946-1956 : RH.Mustain
41. 1956-1958 : R.Soendoroe
42. 1958-1960 : R.Sanjaya
43. 1960-1968 : M.Widagdo
44. 1968-1970 : R.Soeparmo
45. 1970-1975 : RH.Erchamni
46. 1975-1980 : H.M.Masdoeki
47. 1980-1985 : Soerati Moersam
48. 1985-1991 : Drs.Djoewahiri Marto Prawiro
49. 1991---- : Drs.H.Sjoekoer Soetomo
50. ------
51. 1996-2001: Hindarto
52. 2001-2006: Dra. Haeny Relawati Rini Widiastuti, M.Si
53. 2006-2011: Dra. Haeny Relawati Rini Widiastuti, M.Si
54. 2011-2016: KH. Fathul Huda


1.2 Asal  Usul Tuban

Dalam masyarakat Indonesia khususnya Jawa, nama mengandung makna dan merupakan suatu hal yang bersifat sakral. Oleh karena itu nama Raja raja dibedakan dengan nama rakyatnya dan bagi masyarakat nama kecil berbeda dengan nama sesudah kawin, seperti ada tambahan Singo, Joyo, Guno, Kromo, Somo. Beberapa pendapat tentang pemberian nama sebuah desa atau daerah, dikaitkan dengan :

1.2.1Berdasarkan legenda

Dalam legenda mengenai asal usul “Tuban” terkait dua tempat yang penting yaitu Watu Tiban dan Bektiharjo.

1.Watu Tiban

Ketika kerajaan Majapahit jatuh, semua harta kekayaan dibawa ke Demak. Salah satu harta kekayaan Majapahit yang dibawa ke Demak adalah pusaka kerajaan yang berbentuk batu dan pemindahannya dipercayakan pada sepasang burung bangau. Sesampai disuatu daerah, burung bangau yang sedang membawa batu pusaka diolok olok oleh anak anak pengembala dan karena marah maka jatuhlah batu pusaka kerajaan Majapahit. Adapun tempat dimana batu pusaka itu jatuh, dinamakan Tuban. Dengan demikian nama Tuban berasal dari kata “Wa(tu) Ti(ban)”. Dan ternyata batu tersebut berupa sebuah Yoni.

2.Metu Banyu

Sesuai dengan petunjuk yang di terima oleh Raden Dandang Wacono yaitu membuka hutan Papringan untuk dijadikan negara. Pada waktu pembukaan hutan papringan, keluarlah dengan tidak terduga sebuah sumber air. ari peristiwa”Me(tu) (Ban)yune” yang berarti keluar airnya, maka spontan Raden Aryo Dandang Wacono memberi naman tempat tersebut dinamakan Tuban. sumber airnya sangat sejuk dan pada akhirnya tempat tersebut dinamakan “Bektiharjo’.

3.Nges(Tu)ake kewaji(Ban)

Menurut kebiasaan sehari hari masyarakat Tuban mudah diarahkan untuk melaksanakan yang bersifat membangun. Sifat demikian dalam bahasa Jawa dikatakan : “Nges(Tu) kewaji(Ban).

1.2.2Berdasarkan Etimologi

Dalam bahasa Jawa Kawi, Tuban berarti “Jeram’, sedangkan jeram itu sendiri adalah air terjun. Apabila kita lihat di Tuban terdapat air terjun yang terdapat di kecamatan Singgahan (air terjun nglirip) dan di kecamatan Semanding ( air terjun banyu langse ). ada kedua air terjun baik di nglirip maupun di air terjun banyu langse tidak ada data Arkeologi yang mendukung bahwa itu bekas suatu kota.

1.Data Arkeologi

Di Ngerong kecamatan Rengel terdapat Arca Mahatula yang menunjukkan ciri jaman Singosari. Begitu pula terdapat pecahan keramik serta batu bata, selain itu wilayah kecamatan rengel di temukan pula prasasti Malengga dan Banjaran yang bertahun 1052 M.

2.Data Geografis

Rengel terletak di tepi Sungai Bengawan Solo yang jaman dulu merupakan sarana penghubung utama. Ditepi sungai bengawan solo terdapat hamparan sawah yang subur serta pegunungan yang membujur dari arah utara sampai ke selatan. Hal ini sangat strategis ditinjau dari segi ekonomi maupun militer dalam mendukung pengembangan pusat pemerintahan.

1.3 Beberapa Sumber – Sumber Tertulis Yang Berkaitan Dengan Tuban

Untuk mendukung penelusuran kapan berdirinya Tuban sebagai desa atau wilayah yang setingkat dengan kabupaten sekarang ini perlu pengkajian sumber tertulis yang berupa :

1. Prasasti Kambang Putih

2. Prasasti Malengga

3. Prasasti Banjaran

4. Prasasti Tuban

Sumber tertulis berupa. Tentara Tar Tar dibawah pimpinan komando Sih-pie, Kau Sing dan Ike Messe, sebagian mendarat di Tuban dan sebagian meneruskan ke Sedayu. Dengan bantuan Raden Wijaya, tentara Tar-Tar dapat mengalahkan Jayakatwang dari Kediri dan pada akhirnya tentara Tar-Tar dapat di hancurkan oleh Raden Wijaya dengan bantuan Arya Wiraraja dari Sumenep. Setelah hancurnya tentara Tar-Tar, Raden Wijaya dinobatkan sebagai raja Mojopahit dengan gelar Sri Kertajasa Prawira.

Sumber Tertulis Berita Luar Negeri. Berita Cina yang sangat penting adalah uraian Ma Hua dalam bukunya Ying Yai Shing Lan. Ma Hua adalah orang Tionghoa yang beragama Islam, yang mengiringi perjalanan Cheng Ho dalam perjalanan ke daerah daerah lautan selatan ( 1413 M – 1425 M ).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun