Mohon tunggu...
ahmad ahdal
ahmad ahdal Mohon Tunggu... -

saya masih kuliah di perguruan tinggi swasta di kotaku, Kota Tuban

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bukan Sajak Cinta

10 Juni 2011   03:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:40 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bukan Sajak Cinta

Sayang, sudah lama kita tak jumpa. Bagaimana kabarmu?

Maafkan aku, mungkin aku terlalu egois, aku meninggalkan-Mu

Itu karena aku terlalu suka sama kamu, hingga aku tak rela kau buatku cemburu

Kau memang seperti itu, ingin selalu mengontrol rasa sukaku padamu.

Sayang, taukah kau kalau kita ini sudah dewasa, dan sudah bisa berfikir?

Namun mengapa kau masih begitu…. Ingin cepat mengetahui perasaanku

Tidakkah kau faham, bahwa sesuatu yang mudah kita dapatkan akan mudah kita lepaskan

Dan aku tak mau itu semua terjadi pada kita.

Sayang, terlalu cepat jika kita bicara tentang cinta

Aku ingin rasa ini tumbuh secara alami, dan kita bisa menikmatinya bersama.

Namun kau tak sabar ingin cepat memahaminya, hingga aku pun tak nyaman

Mungkin itu semua karena kau belum percaya padaku, tapi kau kan sudah dewasa.

Sekali lagi… maafkan aku sayang, aku telah meninggalkanmu.

Aku bukanlah malaikat yang selalu bisa bersabar.

Tuban, 7 juni, 2011

Cinta Pertamaku I

Cinta pertamaku, aku rindu padamu

Kau selalu ada saat aku butuhkan dan aku inginkan, tak pernah kau keluhkan dirimu

Dulu kau selalu setia menemaniku saat aku gundah, resah, dan pilu

Kau selalu setia menugguku walau aku meninggalkanmu.

Cinta pertamaku, kini aku kembali mencumbuimu

Yang beberapa saat lalu kau aku tinggalkan sendiri tergeletak di rak kamarku

kini semangat telah menggeliat merasuk pada sekujur tubuhku

kita berdiskusi, berdialektika seperti masa yang telah lalu

aku merindukanmu, cinta pertamaku.

Kau mengajakku menyelami sejarah, melihat kota 1001 malam,

Mengenal para Filsuf, bahkan para Nabi….

“Cinta pertamaku, taukah kau arti demokrasi?” suatu ketika aku bertanya padamu

Namun, setelah aku menelanjangi dirimu, kau jelaskan demokrasi pada lekuk indah tubuhmu

Mungkin tak ada kekasih yang sesetia dirimu, cinta pertamaku

Kini penyesalan tergurat dalam hatiku karena pernah sempat meninggalkanmu,

Tapi kini kita bersama lagi…

Kau menjadi sumber inspirasiku, selalu memberi nutrisi otakku, dan kau adalah pengalamanku

Cinta pertamaku, aku tak peduli serupa apa pun, kau akan tetap aku cumbui.

Cinta pertamaku bukuku yang bertimbun di rak kamarku.

Tuban, 8 Juni 2011

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun