Mohon tunggu...
Ahaz Zahrafandi
Ahaz Zahrafandi Mohon Tunggu... Administrasi - Menulislah

Seorang pria yang lahir pada pemerintahan Soeharto. Dan ia yang ingin merubah hobinya menjadi bakat. Banyak orang yang mengatakannya sebagai pria yang suka bermimpi dan tak mau bangun sebelum mimpi itu terwujud. Entah siapa?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Ayat-ayat Suci di Balik Tumpukan Sampah

7 April 2019   10:01 Diperbarui: 7 April 2019   10:32 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Desiran malam sebagai ombak dalam mengarungi kesunyian
Matamu yang terkatup-katup lengah lama berpijar
Melengkapi malam pekat semakin buram

Arsiran harapan di atas kertas kehidupan
Hanyalah tumpukan sampah berlalu tanpa makna
Menyisakan sesal yang meranting di bawah matahari
Hingga rahim malampun mandul melahirkan embun pagi segar,
Serta kicauan burung hijau dalam hati

Kutata ayat-ayat suci
Melawan sunyi yang bersemayam dalam hati
Lalu tumbang diterpa angin berbatu liar
Dengan kepulan asap yang mengkabut di lorong-lorong waktu
Tersisa sayat sembilu

Ah, sial
Katamu yang membusa di lautan waktu
Digilas ombak tak menentu.

(05.10.2017 M)

Tertulis di majalah Sidogiri Media

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun