Mohon tunggu...
Ahalla Tsauro
Ahalla Tsauro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar, Penerjemah & Penggemar Sepak Bola

Karena Anda bukan siapa-siapa, maka menulislah

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Perubahan Identitas Sepak Bola Tiongkok

5 Maret 2016   21:31 Diperbarui: 23 Februari 2018   17:54 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembinaan sepak bola usia muda di Tiongkok (Sumber: CNN)

Dalam bursa transfer pemain Januari lalu, Liga Super Tiongkok menjadi perhatian sepak bola internasional lantaran klub-klub besar disana mulai berani menawarkan para pemain di liga-liga benua biru dengan tawaran gaji yang tinggi. Berbagai respon bermunculan dari banyak pelatih, khususnya dari Premier League. Beberapa menyebut sebagai berikut ;

“Ya, tentu saja Premier League harus khawatir. Karena China terlihat memiliki kekuatan finansial untuk memindahkan seluruh liga Eropa ke China.” Wenger menurut Guardian.

“Kita bisa melihat bahwa Cina sangat serius untuk makin diakui oleh masyarakat sepak bola internasional.” Kata Guus Hiddink, dikutip BBC Sport.

"Kalau Anda berusia 26 tahun dan mendapatkan tawaran yang sangat tinggi, siapa yang bisa menolak?" Kata Jurgen Klopp dikutip dari BBC Sport.

Dari beberapa pernyataan diatas, bisa dibilang Liga Super Tiongkok mulai menunjukkan keseriusan terhadap sepak bola, meskipun sebenarnya sepak bola sudah dikenal disana sejak era Dinasti Han, dan permainan sepak bola tradisional yang dikenal dengan sebutan Tsu’ Chu. Yang menjadi pertanyan selanjutnya, Mengapa kebijakan Tiongkok dalam hal sepak bola mulai berbenah secara signifikan?. Sekilas mungkin bisa dijawab dari wujud nyata kekuatan ekonomi mereka setiap tahun selalu mengalami peningkatan. Menurut World Bank tahun 2014 GDP Tiongkok mencapai 11.385 USD, angka ini tertinggi kedua setelah Amerika Serikat. Dengan ini, harap dimaklumi jika sepak bola negeri tirai bambo itu mulai kecipratan beberapa persen. Kekuatan ekonomi memang dalam satu sisi memberikan daya tarik bagi pemain bola dan para investor yang berkecimpung didalamnya.

Berbicara mengenai kaitanya dengan Identitas, ini yang unik dari Tiongkok. Identitas Tiongkok yg selama ini identik menurut publik dengan ilmu beladiri, kungfu silat, panda, perdagangan dengan cara khasnya, dan masih banyak lagi nampaknya masih kurang bagi mereka. Apalagi parameter kemajuan negara dilihat dari sepakbola mulai sering dikampanyekan oleh mereka pejuang sepak bola. Nah, identitas sepak bola Tiongkok seperti apa yang selama ini dilihat oleh publik?. Mungkin publik belum banyak tahu mengenai sepak terjang si kulit bundar disana. Apalagi persaingan sepak bola antar negara di Asia Timur bisa dibilang masih kalah dibanding Jepang dan Korea Selatan.

Identitas sepak bola Tiongkok dalam kiprahnya di Piala Dunia dan event lainya bisa jadi parameter, prestasi di level regional dan internasional juga jadi acuan, ditambah lagi tidak banyak warga negara Tiongkok khususnya atlet sepak bolannya bersinar setenar Hidetoshi Nakata, Shinji Kagawa, Son, Ahn Jung Hwan dll. Meskipun sudah ada pemain Tiongkok seperti Sun Jihai -Manchester City, Yang Chen –E. Frankfurt, Zheng Ci- Celtic dan masih banyak lagi yang bermain namun kurang begitu dikenal publik. Bagi arek suroboyo, kiprah mantan kiper Persebaya Zheng Cheng saat Piala Dunia Antar Klub tahun lalu mungkin lebih dikenal daripada nama-nama pemain Tiongkok yang disebut tadi.

Ada perubahan identitas dalam hal sepak bola yg diinginkan oleh Tiongkok yang menuntut Federasi sepak bolanya untuk menaikkan posisi tawar Tiongkok dalam urusan sepak bola. Memang Tiongkok pernah menjadi tuan rumah olimpiade 2008. Akan tetapi prestasi di bidang sepak bola tergolong belum banyak berprestasi. Maka dari itu dalam kurun waktu 5 tahun terakhir Tiongkok mulai menarik perhatian dunia dengan perkembangan sepak bolanya, salah satunya dalam strategi dan tata kelola Liga Super China, pelatih terkenal seperti Marcello Lippi, Luis Felipe Scolari, Sven Goran Erikson, Fabio Cannavaro mulai mengisi kursi kepelatihan. Alhasil, salah satu Klub mereka Guangzhou Evergrande muncul sebagai juara Liga Champions Asia 2013 dan 2015. Hal ini bisa dijadikan pencapaian bahwa Tiongkok saat ini memiliki identitas Sepak Bola baru sebagai juara-nya Asia. Didier drogba, Nicholas Anelka, Lavezzi, Fernandinho, Ramires dan sejumlah pemain sepak bola asal eropa ikut berdatangan dan meramaikan kompetisi liga.

Apabila dikaitkan dengan kemungkinan yang ada dan dengan perhelatan Piala Dunia bisa jadi pembentukan identitas sepak bola yang sedang dibangun secara professional ini merupakan strategi Tiongkok untuk menjadikan sepakbola disana bisa berbicara di level dunia. bahkan bisa jadi FIFA mulai melirik untuk menjadikanya  tuan rumah piala dunia kelak setelah Qatar 2022. Hal ini dimungkinkan dengan kecenderungan host penyelenggara piala dunia yang memiliki kekuatan ekonomi dan juga identitas sepak bola. Sebut saja aliansi Tiongkok dalam BRICS, Brazil host 2014, Russia 2018, South Africa 2010, hanya Tiongkok dan India saja yang belum, ditambah lagi dengan Korea Selatan dan Jepang 2002 dan Qatar 2022 seakan mendorong Tiongkok untuk terus meningkatkan posisi tawar mereka di dunia sepak bola dunia.

Lagi lagi rumus identitas + kekuatan yang mendasari dibuatnya sebuah kepentingan bisa dibaca disini. Kepentingan Tiongkok nampaknya bisa dilihat dengan cara mereka memanfaatkan kekuatan ekonominya sebagai sumber utamanya untuk membentuk identitas baru yakni bisnis dan kompetisi sepak bola. Kalau MLS-nya Amerika banyak menampung pemain senior dari liga-liga Eropa, Liga Super China sudah mulai membeli pemain-pemain hebat dari eropa dari pemain-pemain muda. Atau jangan-jangan ini persaingan babak baru Liga Super Tiongkok dan Major League Soccer, ah sudah lah. Lebih baik menikmati pertandingan liga Inggris dulu sambil menunggu Leicester City juara sembari berharap kompetisi di tanah air kembali bergulir.

Salam olahraga.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun